Review : Dilan, Dia Adalah Dilanku tahun 1990

review Dilan, dia adalah Dilanku 1990

Judul buku : Dilan, Dia Adalah Dilanku tahun 1990
Penulis : Pidi Baiq
Terbit : Cetakan XVIII, Oktober 2015,
Tebal : 332 halaman
ISBN 6027870419 (ISBN13: 9786027870413)
Literary AwardsAnugerah Pembaca Indonesia Nominee for Buku dan Penulis Fiksi Terfavorit - Shortlist (2014).
18 Bab pertama dapat dibaca langsung dalam Blog penulisnya Pidi Baiq

Review

Satu kata : terlambat
Iya, terlambat banget untuk tahu kalau novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 ini telah terbit sejak tahun 2014. Saya baru membacanya sekarang, itupun (tetep) hasil pinjaman dari koleksinya adik tersayang.

Pertama kali melihatnya, uda ada perasaan deg-deg ser gitu deh. I'm falling in love at the first sight! Mungkin karena kualitas covernya yang sederhana tapi terlihat ekslusif (keren lho, penulisnya super kreatif, ilutrasi dalam buku ini juga karyanya sendiri, jadi jelas saja, moodnya dapet banget), atau karena judulnya. Rasanya baru kali ini saya membaca novel Indonesia terbaru yang sesuai dengan ekspektasi saya sebelum membacanya. Ya, kecuali Intelegensi Embun Pagi karya Dee Lestari yang memang telah saya nantikan banget buku terakhirnya

Setelah mulai membaca saya ngerasa bukunya saya banget! Bersetting di tahun 90an, masa-masa indahnya pacaran lewat surat dan telepon. Menurut saya jauh lebih romantis dari pada sekarang yang serba via internet atau minimal smartphone. Deg-degan menanti kabar kekasih lewat telepon. Gombalan melalui surat dan dituliskan di halaman buku yang bisa disimpan abadi. Saya yang  bukan penggemar puisi pun bisa menikmati puisi-puisi karya Dilan yang sederhana namun mengena di hati. Pemilihan diksinya juga mirip dengan bahasa keseharian saya misalnya "lagi pada... (=sedang)", "dia mau ke kamu Milea (mau = naksir)".

Pidi Baiq, sang penulis dapat menggambarkan karakter Dilan dengan kuat meskipun melalui sudut pandang orang ketiga yaitu Milea atau Lia. Kita yang membaca benar-benar bisa merasakan kuatnya perasaan Dilan pada Lia. Kita para wanita pasti jadi kepingin punya kekasih seperti Dilan yang humoris, baik hati, perhatian sekaligus punya sisi bandel sebagai panglima tempur genk motor. Keren, kan? Memang sih saya sempat baca di goodreads ulasan dari beberapa pembaca lelaki  yang bilang buku ini overrated dan membosankan karena banyak dialog yang diulang, misalnya "hehehehe". Tapi menurut saya, mereka tidak menyadari, justru penulis berhasil menuliskan cerita dari sudut pandang wanita yang disukai para wanita dan dianggap kurang menarik oleh pembaca lelaki lainnya. "

Beberapa kalimat selain puisi-puisi Dilan yang saya rasa sangat romantis, diantaranya :

  • "Milea, kamu cantik tapi aku belum mencintaimu.  Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja"
  • "Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan dan dukungan. kalau kau tidak setuju, aku tidak peduli"
  • "Milea jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti, besoknya orang itu akan hilang."
  • "Aku ingin pacaran dengan orang yang dia tahu hal yang aku sukai tanpa perlu kuberitahu, yang membuktikan kepadaku bahwa cinta itu ada tetapi bukan oleh apa yang dikatakannya melainkan oleh sikap dan perbuatannya"

Saya jadi penasaran dan langsung melanjutkan membaca Dilan Bagian kedua, yang untungnya juga sudah dimiliki oleh adik saya. Overall I give this book 5 stars out of 5 in my goodreads account.