Resolusi Sehat 2017

Meskipun bukan postingan pertama, saya mau membuka tahun 2017 imi dengan postingan resolusi sehat. Saya selalu memiliki resolusi sehat pribadi setiap tahun yang terinspirasi dari almarhumah Oma saya. Beliau seorang vegetarian yang hingga akhir hayat (82 tahun), penyakit diabetes melitus yang dideritanya tidak membawa komplikasi apapun.  Biasanya tahun-tahun sebelumnya, resolusi ini saya tulis di diary, ditempel di kamar atau cukup diniatkan dalam hati.



Sedari kecil, saya memang memiliki postur tubuh yang 'besar'. Selain karena memang doyan makan, bisa jadi ada faktor genetis, karena seluruh keluarga saya juga berpostur besar. Sebenernya dihitungan Body Mass image (BMI) masih proposional dengan tinggi badan. Ga over banget sih, sebagaimana yang selalu ditegaskan teman-teman (iyee, ga tau mereka emang baik hati apa gimana, yang jelas dari SD sampai SMA saya selalu memakai kemeja seragam sekolah rapi dengan dimasukkan ke dalam rok bak seragam polwan tanpa ada lemak perut sama sekali #bangga). Insecurity saya itu sebenarnya bukan masalah sekedar ga pe-de dengan penampilan tapi karena ada sesuatu hal yang lebih dari itu. Kedua garis keturunan saya mewarikan bakat diabetes melitus (DM), sehingga sejak kecil saya sudah diberi awarness oleh orang tua. Untungnya saya merasa tanpa dipaksa pun saya suka makan buah, sayur (bukan wong Jawa, tapi makanan favorit saya yang kedua ialah pecel -- yang pertama tetap empek-empek sih hoahahahaha), dan selalu lebih memilih minum air putih dibandingkan minuman lain. Usaha untuk hidup sehat lainnya pun saya lakukan atas kesadaran sendiri, misalnya olahraga. Meskipun tidak ada cabang olahraga yang saya kuasai atau berolahraga secara rutin, tapi masa-masa saya berlari 3x seminggu adalah masa-masa saya merasa paling fit.

Tahun-tahun pun berlalu, pengetahuan saya akan gaya hidup sehat juga meningkat seiiring dengan tren dan mudahnya akses informasi. Beberapa kali melaksanakan diet bahkan hingga mencatat perkembangan lingkar tubuh (awalnya manual, eh, ternyata HP yang makin canggih dilengkapi dengan aplikasi sejenis), kenyataanya menjalankannya secara konsisten itu yang sulit. Efeknya, sekarang ini, diusia saya yang baru masuk kepala 3, saya merasa koq gampang loyo. Meskipun tidak bekerja, saya harus menjaga si super aktif, Ziqri. Selain itu tubuh saya juga rasanya lebih gampang melar, karena metebolisme saya melambat sedangkan porsi makan saya masih mirip waktu menyusui! Akhirnya saya memflashback resolusi kesehatan saya selama ini dan berniat kembali menjalankannya secara konsisten, yaitu :

 1. Tidur malam yang cukup

Sejak SMP dan ada jadwal sekolah masuk siang, saya memang suka insomnia, tapi semakin menjadi saat saya menyelesaikan program master. Berdasarkan analisa saya, kalau otak saya masih 'on' sepulang kuliah malam, saya jadi sulit tidur. Padahal aslinya saya 'pel-lor' alias 'nempel-molor'. Makanya saya kuat semalaman marathon bergadang nonton K-drama. Untungnya saya menikah dengan suami yang tidurnya biasa cepat, sekitar pukul 21.00 WIB. Lama-lama saya jadi agak terbiasa tidur cepat. Sempat terinterupsi lagi setelah Ziqri lahir dan menyusuinya. Alhamdulillah saya berhasil menerapkan 'sleep trought the night' sejak Ziqri usia 3 bulan.

2. Pola Makan

Tidak sampai menjadi seorang vegetarian seperti Oma, tetapi saya punya list makanan dan minuman yang saya hindari yang setiap tahunnya semakin bertambah

a. Permen dan creaker asin (chik*, dll).

Saya terbilang punya sweet tooth, sejak kecil saya suka sekali segala yang manis-manis maupun snack bungkusan. Syukurnya seiring bertambahnya usia, saya tidak begitu menggemari keduanya lagi. Dilalahnya, saya masih suka ngemil berat semacam cake dan cookies atau yang asin misalnya risoles. Semakin gawat sewaktu awal hamil dan saya tidak bisa makan nasi karena muntah hebat. Menu saya kembali ke cemilan tersebut. Efeknya berat badan saya naik 17 kg semasa hamil dan Ziqri lahir dengan berat badan 4,050 kg. This was bad. Meskipun berat badan saya kembali normal sekitar 4 bulan setelah melahirkan karena menyusui, saya tidak ingin mengulangi hal ini lagi.

b. Teh manis

Resolusi saya semasa sekolah dasar, sejak saya pernah membaca bahwa teh bisa menghambat pertumbuhan bagi anak-anak. Lama sekali saya tidak mau minum teh. Ibu saya sempat melarang, terutama saat berpuasa, karena sudah tradisi berbukalah dengan yang manis dikeluarga kami ialah dengan segelas teh manis. Entah memang ada hubungannya atau tidak, saya ternyata bertambah tinggi 3 cm di masa kuliah (usia 18-22 tahun, lewat usia pertumbuhan rata-rata wanita). Awalnya para sepupu pria yang menyadari saya bertambah tinggi. Saya tetap menyangkal karena saya yakin tinggi saya tetap sama pada saat masuk dan mengisikan tinggi badan di kolom pendaftaran kampus. Ternyata setelah diukur dengan meteran yang sama yang saya miliki sejak kecil, tinggi saya memang bertambah. Alhamdulillah.

c. Jeroan dan kulit hewan

Dari kecil saya doyan jeroan, dulu, di rumah, hanya saya dan ayah yang rajin menghabiskan ampela dan kulit ayam (biasanya ayam kampung). Tapi ibu saya selalu mendengungkan jeroan tidak baik. Dilalahnya, ketika kuliah di Semarang saya sangat suka makan soto. Selain favorit saya soto babat, soto apapun biasanya disajiakan sepiring sate jeroan ayam dengan harga waktu itu masih murah sekali. Akhirnya saya kalap, semangkuk soto bisa saya habiskan dengan 2-3 tusuk sate jeroan. Ketika memasuki masa kuliah master akhirnya saya mengazamkan diri untuk tidak makan jeroan lagi (sama sekali). Pertahanan diri saya agak goyah setelah menikah. Ternyata keluarga besar suami doyan makan sambal goreng hati dan paru. Alhamdulillah, lebaran tahun kemarin saya berhasil menyajikan satu kuali besar dan mendapat pujian, enak!

d. Mie instan

Comfort food nomor satu sedunia. Bila sedang tidak ada selera makan, mual di perjalanan atau simply ga ada lauk dan malas masak, saya memilih makan mie instan. Tetapi setelah menikah dan hamil, saya harus mengurangi bahkan stop sama sekali dan ternyata berhasil. Suami yang menemani, akhirnya sekalian mengajak pantangan makan mie instan selamanya. Kadang saya masih suka curang sih, makan mie instan kalau benar-benar kepingin, terutama kalau pulang ke rumah orang tua saya. Selebihnya, saya bisa berbulan-bulan tidak makan mie instan lagi.

Baca juga : Rasa Mie Instan Terfavorit

e. Gorengan dan junk food

Another favorite of mine. Paling gampang dan enak masakkan ya digoreng. Ini yang paling sulit dihindari. Junk food terutama ayam goreng tepung adalah salah satu menu utama adik saya yang ga doyan makan sewaktu kecil. Sayangnya si adek hanya memakan bagian kulitnya, sementara saya yang mengahabiskan sisanya (makanya jadi gendut hoahahahaha). Alhamdulillah sangat berkurang karena ga ada gerainya di pulau saya dan suami ternyata sangat ga doyan. *sigh*

f. Upload foto tentang makanan

Ini bukan tentang apa yang dimakan, tapi resolusi saya tahun lalu yang berhubungan dengan makanan. Awalnya karena suami selalu keberatan setiap saya foto-foto sebelum makan dan makanannya tiba (secara umum memang doski ga suka di foto, makanya anaknya ikutan, iiiihh sebel). Setelah saya diceramahi akhirnya saya merasa memang budaya generasi milenial memajang foto di sosmed ini ga berguna (kecuali untuk ownernya sebagai sarana promo gratis atau memang ingin menjadi food blogger/ reviewer), malah (mungkin) ada mudharatnya, misalnya sifat riya dalam hati (Na'uzubilah) atau mendatangkan iri bagi yang melihat. Akhirnya sekalian saja, saya tidak posting foto makanan apapun disosmed, baik menu kaki lima hingga bintang lima, termasuk menu makanan ziqri. Sekaligus melupakan check in ketika di tempat makan melalui foursquare maupun sosmed lain. Memang sih, saya (kami sekeluarga) jadi lebih enjoy saat makan, berfoto pun sekedar untuk arsip pribadi atau dikirim via pesan pribadi ke saudara dekat. Lah, yang jadi ikutan terkatung-katung ialah halaman resep saya di blog ini Hoahaahaha.


Resolusi Sehat 2017
My tracker app 


3. Rajin Olahraga

Duh, ini resolusi tahunan, sebenarnya selain lari saya juga suka main hulahoop, dumbell, lompat tali (skipping), mengikuti senam sederhana dari DVD atau majalah dan naik sepeda. Sayangnya koq sekarang semuanya terkendala. Hulahoop milik saya berbahan rotan sehingga sulit dibawa, akhirnya saya tinggalkan di Semarang. Eh, nyari di sini ga pernah ketemu ukuran dewasa. Ada punya adik di rumah ortu tapi alamak berat banget, bisa lebam biru-biru kalau awal-awal belum terbiasa (lagi). Skipping? Sejak melahirkan malas lompat-lompat. Padahal sebenarnya seru, saya ingat sewaktu kuliah sering nonton K-drama sambil skippingan di kamar kos sore-sore hoahahhaha. Senam dengan dumbell pun rasanya ga sempat karena ada Ziqri. Bersepeda? Saya jatuh dari sepeda tahun 2010 dan menghadiahkan 6 jahitan di dagu. Jadi agak trauma naik sepeda :( Opsi satu-satunya tinggal lari, semoga saya bisa melawan rasa malas untuk memulai lagi.

4. Anger Management

Uuh.. Ini juga selalu hadir setiap tahun. kenyataannya sama saja, saya masih gampang ngomel. Minimal ke suami uda ga sih. Kami uda ketemu sela berkomunikasi dengan baik. Eh, Ziqri ne yang lagi menguras emosi ibunya. Fyyuuuhhh...

5. Perwatan Alami

Sebagai anak tomboy, memakai bedak saja saya malas, boro-boro merawat diri. Tetapi setelah memasuki  masa puber, kulit saya yang memang berminyak mulai menunjukkan gejala berjerawat dan berkomedo. ibu saya selalu mengatakan jerwat ialah bagian dari masa puber dan keberatan membawa saya berobat ke dokter kulit. Akhirnya sejak SMA saya memanfaatkan bahan-bahan alami sebagaimana yang pernah saya ceritakan di sini. Alhamdulillah selepas masa puber saya tidak jerawatan lagi. Selain itu saya selalu senang mencoba berbagai perawatan alami misalnya putih telur yang dioleskan ke kapas sebagai pengganti porepack, masker, scrub atau bahan creambath hasil racikkan sendiri. Belakangan saya tidak pernah membuatnya lagi, karena banyaknya produk sejenis yang di jual di online shop, jadinya bisa nebeng punya adik #eh. Saya harus memaksakan diri mulai harus merawat diri lagi dan membuat sendiri produk perawatan alami a la saya.


Nah, resolusi saya tahun ini intinya adalah hidup lebih sehat. Dari segi makanan tidak sampai rutin menerapkan food combaining atau clean eating sih, minimal menjalankan resolusi saya sebelumnya diatas dengan konsisten, mengurangi makanan yang digoreng, lebih banyak makan sayur yang mentah, setidaknya dikukus atau direbus (beberapa hari sempat menyajikan lalapan dan pecel--iye sih bumbu pecelnya masih berminyak), yah minimal sayur bening. Lalu lanjut rutin berolahraga dan tidur teratur serta mengurangi marah-marah. Semoga kali ini lebih istiqamah. Bismilllah..