Serba 7 Ketika Memilih Mainan Anak

Tips memilih mainan anak


Annisakih.com Sejak hasil Ultra Sonography (USG) saya memberikan gambaran bahwa anak pertama yang saya kandung berjenis kelamin laki-laki, saya sungguh excited sekali. Kedua orang tua juga turut bersemangat, karena saya dan adik, keduanya adalah perempuan, ini adalah kelahiran lelaki pertama di keluarga kami

Sewaktu menyiapkan perintilan persiapan kelahiran saya baru mulai tersadar, eh, kalau anak laki-laki berarti kelak tidak bisa memainkan mainan koleksi saya dan adik dulu nih. Kebanyakan mainan koleksi kami tentunya permainan perempuan misalnya boneka dan permainan rumah-rumahan.


Mulailah saya banyak mencari tahu info-info penting mengenai hal ini (selain tentunya tentang persalinan, ASI dan bahkan tentang MPASI. Hoahahaha). Soalnya bagi saya sendiri, masa-masa bermain sangat menyenangkan, dan sebagai ibu, saya sudah tidak sabar mengajak anak saya bermain bersama.

Setelah Ziqri lahir, Alhamdulillah satu demi satu impian tersebut terwujud. 

Tahapan bermain bersama (3) yang saya lalui bersama Ziqri :

1. Bermain Pasif

Sedini mungkin Ziqri saya akan ajak bermain sesuai tahapan perkembangannya. Tentunya Ia masih hanya melihat dan menjadi pendengar dahulu kalau saya ajak bermain cilukba, melihat permainan-permainan yang digantung dan sebagainya. Diusia yang lebih besar, Ziqri juga masih bisa saya bacakan buku atau didengarkan musik atau murottal Alqur'an sebagai bentuk bermain pasif.

2. Bermain Aktif.

Ini adalah masa-masa yang paling saya tunggu-tunggu, begitupun dengan kebanyakan orang tua lainnya. Masa Ziqri sudah dapat merespon dan berperan serta dalam permainan. Misalnya ia mulai bisa bermain cilukba sendiri di usia 8 bulan. 


A post shared by Annisa Rizki Sakih (@annisakih) on


Kesenangan yang Ziqri (dan saya sendiri) peroleh dari kedua tahapan terasa berbeda. Hingga saat ini saya tetap mengusahakan keduanya secara seimbang. Misalnya Ziqri sudah kelihatan kelelahan bermain aktif maka saya akan mengajaknya beristirahat dengan menyediakan buku bacaan atau mengajaknya menonton televisi.

Tips memilih mainan anak 2(3)

Tentunya Ziqri memerlukan alat permainan alias mainan sebagai sarana agar waktu bermainnya lebih menyenangkan. Dalam memilih alat permainan untuknya, ternyata saya dan Mamase --suami saya-- orangnya gampang lapar mata! Misalnya, saya kerap kali membeli suatu mainan yang saya pikir perlu atau yang ternyata belum begitu dibutuhkan. Apalagi yang namanya mainan sekarang, banyak yang harganya terjangkau. Makin tidak terasa, kuantitas saya dan suami membelikan Ziqri mainan. Mulai dari mobil-mobilan kesukaannya hingga permainan (yang katanya) edukatif. Ujung-ujungnya mainan menumpuk dan banyak yang tidak terpakai karena berbagai alasan, dirusak Ziqri, atau bosan memainkannya.

7 Kesalahan yang pernah saya dan suami lakukan dalam memilih alat permainan atau mainan anak dan sebaiknya dihindari oleh orang tua lain :

1. Kurang memperhatikan nilai keamanan dari mainan tersebut

Ada baberapa mainan yang ternyata catnya gampang terkelupas atau ujung-ujungnya masih terlalu tajam bagi tangan-tangan mungil.

2. Memberikan mainan yang belum sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya

Sehingga manfaat dari mainan itu sendiri kurang optimal. Misalnya terlalu cepat memberikan mainan berukuran kecil yang rentan tertelan bila anak lepas dari pengawasan orang tua.

3. Memberi sekaligus banyak mainan

Pengalaman banget ini, maksudnya supaya Ziqri tidak cepat bosan bermain, jadi saya bisa sambil nyambi pekerjaan lain. Tapi ternyata hal ini kurang efektif, karena pada dasarnya anak-anak suka mengulang-ngulang alat permainan yang sama untuk beberapa waktu lamanya. Terlalu banyak pilihan justru membuat mereka kebingungan dan overwhelmed.

4. Memberikan banyak mainan dengan tipe yang sama

Contohnya karena Ziqri suka sekali mobil-mobilan, kami membelikan dalam berbagai size dan ukuran. Ternyata hal ini membuat Ia kerap menyia-nyiakan mobilnya yang lama padahal sebenarnya masih dapat berfungsi dengan baik.

5. Membeli alat permainan yang menarik bagi kami, orangtuanya

Alasannya karena terlihat indah dan seru, tetapi ternyata Ziqri kurang menyukainya. Contohnya Ziqri pernah memperoleh mainan action figure salah satu tokoh pahlawan kartun ternama. Bagi kita yang sudah dewasa memang terlihat menarik dan detailnya seperti asli, tetapi bagi Ziqri tak lebih dari sekedar patung orang-orangan yang akhirnya Ia pereteli bagian anggota tubuhnya. Hiks!

6. Membeli alat permainan yang menurut standar kami lumayan mahal hanya karena tergiur dengan janji-janji edukatif yang ditawarkan

Sepertinya ini tidak perlu penjelasan lebih lanjut ya. Siapa sih ortu yang belum pernah masuk ke jebakan betmen satu ini? Salut!

7. Menuruti keinginan anak semata

Awalnya kami sempat terjebak dalam pola ini. Membelikan mainan hanya untuk mendiamkan rengekannya. Bila dituruti terus, lama kelamaan akan membawa dampak negatif bagi Ziqri sendiri dan isi dompet orangtuanya. Hoahahahaa

Dari kesalahan-kesalahan tersebut dan pengalaman setelah hampir tiga tahun mengumpulkan berbagai mainan untuk Ziqri, ternyata ada 7 hal yang sebaiknya saya dan para orang tua lain cermati sebelum membelikan mainan anak :

1. Bahan dan bentuk mainan harus aman

Utamakan keselamatan anak dengan memperhatikan keamanan mainan. Misalnya ujung-ujungnya tidak tajam. Utamakan membeli mainan yang telah berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) agar lebih terjamin keamanan, kesehatan dan keamanan dalam menggunakannya (4) 

2. Ukuran seusai dengan usia anak

Tidak terlalu kecil dan bisa dimasukkan dalam mulut hingga berbahaya tersedak. Atau terlalu besar sehingga akan menyusahkan Ziqri dalam mengambil dan menggunakan mainannya.

3. Memiliki fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak

Contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimuli (3):

  • Fisik (motorik kasar) : sepeda roda dua atau tiga, bola, mainan yang bisa ditarik atau didorong
  • Motorik halus : balok susun, pensil, mainan berwarna-warni dan berbeda tekstur
  • kognitif : puzzle, lego, boneka, pensil atau crayon warna
  • bahasa ; buku bergambar atau cerita, mendengarkan radio
  • self help : piring dan gelas plastik
  • tingkah laku sosial : mainan yang dapat dipergunakan bersama misalnya congklak 


A post shared by Annisa Rizki Sakih (@annisakih) on


4. Bisa dimainkan dalam berbagai variasi

Sebaiknya mainan jangan terlalu sulit hingga anak frustasi atau terlalu mudah sehingga anak jadi cepat bosan.

5. Sesuaikan dengan minat anak

Sejalan dengan jangan hanya membeli mainan yang orang tuanya sukai, anak-anak memiliki keinginan dan kesukaan sendiri. Hargailah pilihannya selama sesuai dengan standar keamanan dan anggaran keuangan.

6. Ada rupa, ada harga

Mainan yang bermutu baik, biasanya dihargai lebih mahal. Sepadan dengan daya pakai dan ketahanannya, buktinya seperti yang telah saya ceritakan diatas, saat ini Ziqri masih bisa menggunakan koleksi mainan rumah-rumahan milik saya dan adik sewaktu kecil dulu, yang memang masih tersimpan rapi di rumah orang tua saya.

7. Jangan berekspektasi terlalu tinggi

Sebagai orang tua harus sabar dan memperhatikan kemampuan dan minat anak. Jangan mentang-mentang suatu mainan edukatif yang dibeli, misalnya menjanjikan anak segera bisa membaca, maka orang tua mengharapkan hasil yang instan pula. Semuanya butuh proses dan pendampingan orang tua adalah salah satu kunci utama agar kemampuan bermain anak berkembang

Tips dan pertimbangan dalam memilih mainan  3anak
Summary pertimbangan dalam memilih maianan anak.

Setelah memperoleh mainan yang seusai untuknya, maka melalui bermain, Ziqri mendapatkan stimulus dan pengalaman hidup yang nyata. Sebagaimana anak lainnya Ia bermain dengan segenap emosinya, perasaannya dan pikirannya. Bagi anak-anak bermain adalah unsur penting dalam perkembangan anak baik secara fisik, emosi, mental, intelektual, kreatifitas dan sosial (3). Selain tujuan bermain secara langsung tersebut ada 7 value atau nilai tambahan yang ingin saya tanamkan pada Ziqri dari mainannya dan kegiatan bermain :
1. Menghargai siapa yang memberi atau membelikan mainan tersebut.
Saya biasanya meminta Ziqri mengucapkan terima kasih, termasuk pada ayahnya sendiri setiap kali dibelikan mainan baru. Setelahnya kadang saya mengulang-ngulang menceritakan bahwa mainan mobil-mobilan dari auntynya atau malah mengetes ingatanya dengan menanyakan dari siapakah Ia memperoleh mainan terntentu. Ini menyenangkan sekaligus mengasah daya ingatnya.

2. Menghargai nilai historis dari mainan tersebut

Masih berkaitan dengan poin pertama, misalnya mengingatkan bahwa hadiah tersebut adalah kado dari ulang tahunnya yang kedua atau masa kecil ibu yang harus dirawat baik-baik. Alhamdulillah sekarang Ziqri jadi lebih mengapresiasi benda apapun begitu Ia teringat siapa yang memberikan padanya

3. Menghargai harga

Bukan masalah mahal atau murahnya suatu mainan, mainan yang dibuat sendiri juga lebih seru. Misalnya bermain flubby jelly buatan sendiri ini :



4. Menghargai cara mendapatkannya

Tidak semua mainan yang dinginkan harus diperoleh saat itu juga. Saya mengajarakan Ziqri untuk mulai menabung dalam celengen sederhana sejak ia mengerti bahwa untuk memperoleh sesuatu itu namanya dibeli di toko dan sebagai gantinya kita harus membayarkan sejumlah uang.

5. Menghargai waktu

Meski usia Ziqri masih merupakan usia bermain, tentunya tidak setiap saat dapat digunakan untuk bermain. Sejauh ini Ia cukup mengerti kapan waktunya boleh bermain dan kapan waktunya berhenti untuk beristirahat.

6. Menghargai kesempatan

Setiap saya ajak kesuatu lokasi bermain, saya bebaskan Ziqri bermain asal tetap dalam pengawasan dan aman. Tetapi bila sudah waktunya pulang, maka tanpa drama merengek-rengek saya melatihnya untuk segera mengikuti saya.
Begitu pula ketika Ia sudah cukup mampu memilih mainannnya sendiri di toko mainan. Misalnya, sudah dicapai kesepakatan bahwa Ia hanya boleh membeli satu buah mobil-mobilan kecil, maka saya memberikan kesempatan agar Ia memilih satu item yang benar-benar diinginkannya. Mulai dari warna dan bentuk harus benar-benar Ia pilih sendiri. Jadi begitu meninggalkan toko dan Ia terlihat bosan maka saya akan mengingatkan bahwa mainan tersebut ialah pilihannya sendiri.

7. Menghargai hak milik sendiri dan hak milik teman

Sejak usianya 2 tahunan, saya selalu berusaha mengajak Ziqri membereskan mainannya sendiri. Alhamdulilah, mendekati ulang tahunnya yang ketiga saya merasakan manfaatnya bahwa Ia menjadi lebih rapi dan menghargai mainan miliknya. Namanya masih anak-anak, kadang masih berebut mainan dengan para sepupunya. Pe-er untuk saya agar selalu mengingatkan Ziqri menghargai milik orang lain.

*****
Saat sedang asyik-asyiknya bermain, kadangkala terjadi hal yang paling membuat saya cemas, kesehatan Ziqri menurun. Pastinya hal ini membuat energi dan minatnya untuk bermain menjadi menurun dan rewel.

Saya biasanya mencari penyebabnya terlebih dahulu. Misalnya bila Ziqri demam, saya tidak akan terburu-buru membawanya ke dokter atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Saya akan mengboservasinya terlebih dahulu. Apa kira-kira penyebabnya demam? Tumbuh gigi atau peringatan pertama dari suatu penyakit lain yang lebih serius?

Sebagai treatment awal, saya akan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang nyaman, membaringkannya dalam kamar yang sejuk, mengoleskan minyak telon yang telah dicampur dengan satu siung bawang merah tunggal dan memberikan obat penurun panas yang aman (2).

Nah, dari segi keamanan Tempra terpercaya karena dalam setiap tetesnya telah diperhitungkan secara klinis dosis parasetamol yang tepat untuk menurunkan panas dan demam anak(5). Berikan sesuai tingkat usia dan dosis yang tercantum dalam petunjuk penggunaan. Ziqri biasanya cukup diberi Tempra syrup 5 ml melalui gelas takar yang telah disediakan di dalam setiap kemasan.

tempra taisho


Buat saya yang suka ceroboh meninggalkan obat dalam diatas meja padahal sudah bisa dijangkau Ziqri, rasa khawatir bisa agak berkurang. Tempra memberikan ekstra pengamanan pada tutup botolnya yang disebut Child Resistance Cap / CRC. Jadi, tidak gampang diputar oleh Ziqri, karena ada teknik khusus untuk membukanya yaitu ditekan kearah dalam dahulu baru bisa diputar.

Ohya, perawatan di rumah berupa tindakan sederhana ini merupakan tindakan awal, bila panas tak kunjung turun atau disertai gejala-gejala lain misalnya berkeringat terus-menerus, diare atau ruam kulit maka jangan lalai dan segera bawa anak anda berkonsultasi ke dokter atau tenaga kesehatan profesional lainnya.

*****
Daftar Pustaka :
1. Biddulph, Steve. 2005. Raising Boys, Memahami Anak Laki-laki dan Bagaimana Mendidiknya Agar Menjadi Bahagia, Percaya Diri dan Mandiri. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2. Knight, John. F. 1994, Supaya Anak Anda Sehat. Bandung : Indonesia Publishing House.
3. Soettjiningsih, dr, SpAk, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4.http://www.luckycaesar.com/2017/05/ingin-jadi-konsumen-cerdas-yuk-pilih.html diakses pada tanggal 17 Juni 2017
5. http://www.taisho.co.id/index.php/id/produk/otc/tempra-id diakses pada tanggal 17 Juni 2017

"Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Tempra yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman dan opini pribadi. Artikel ini tidak dapat menggantikan hasil konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional"