Ada Apa Dengan Cinta (an adaptation novel by Silvarani)




Judul  : Ada Apa Dengan Cinta?
Penulis : Silvarani
Cerita: Mira Lesmana, Riri Riza, Prima Rusdi
Skenario : Jujur Prananto
Penulis skenario pendamping: Prima Rusdi & Rako Prijanto
Penerbit  : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2016
Tebal : 192 halaman
ISBN : 978-602-03-2645-0


Review Novelisasi Ada Apa Dengan Cinta


Selamat bernostalgia!

Satu ungkapan kehormatan yang  saya peroleh di halaman pertama buku Ada Apa Dengan Cinta? beserta tanda tangan @Silvarani, sang penulis. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, saya memperoleh buku ini melalui giveaway blogtour. Hostnya, mba Luckty mengabarkan melalui email, buku akan langsung dikirimkan oleh penerbit GPU. Sebagaimana buku yang pernah saya menangkan dari giveaway juga, tanpa tanda tangan penulis. Makanya ini diluar ekspetasi dan saya senang sekali. 

Ini buku ketiga karya mba Silvarani yang pernah saya baca, setelah sebelumnya saya sempat membaca L'eternita di Roma dan L'amore di Romeo. Keduanya juga merupakan novel adaptasi dari skenario film LDR yang dinataranya bintang utamanya diperankan Al Ghazali. Bedanya kedua noveliasasi tersebut dilakukan berbarengan dengan penulisan skenario filmnya oleh Cassandra Masardi, sedangkan AADC? ini di novelkan 14 tahun setelah filmnya sendiri rilis pertama kali. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi Mba Silvarani, agar jalannya cerita tetap dapat dipahami oleh pembaca yang belum pernah menonton AADC? Penyesuaian juga perlu dilakukan, misalnya agar angkatan pembaca baru yang belum mengalami masa remaja (atau bahkan ada yag belum lahir.) disaat filmnya dirilis bisa memahami hal-hal yang sedang hits dimasa itu. Misalnya PAS band sebagai favorit anak muda di masanya dan penggunaan telepon rumah yang belum digantikan dengan telepon genggam.

Menurut saya Mba Silvarani adalah pilihan yang tepat untuk mengadaptasi skenario AADC? menjadi novel. Selain pengalaman menuliskan adaptasi skenario, diksi yang dipergunakan pun sederhana, tidak terlalu berlebihan, sehingga tidak terlalu banyak perbedaan antara film dan bukunya. Membaca buku ini membuat saya seolah menonton adegan demi adegan dari filmnya, lengkap dengan score musik karya Melly Goeslaw-Anto Hoed yang terngiang-ngiang. Padahal terakhir kali saya menonton AADC ialah dua tahunan yang lalu, saat ditayangkan sebuah televisi swasta.

Ada beberapa yang ditambahkan dari adegan filmnya, misalnya isi surat dari Cinta kepada Rangga untuk pertama kalinya. Di film kita hanya dapat melihat Rangga membaca selambar kertas dan merasa geram hingga mencari Cinta ke ruang mading. Tenyata isinya cukup menggelitik. Sayangnya juga ada beberapa adegan yang ditiadakan dalam buku, salah satunya ialah adegan Rangga dan Cinta berhenti di bawah pohon sepulang dari Kafe. Saya ingat sekali, pertama kali menonton dengan teman-teman, rata-rata sudah menutupi wajah, mengira adegan selanjutnya adalah Rangga akan mencium Cinta, Eeehh ternyata dengan jahil Rangga menendang batang pohon yang mengakibatkan air hujan yang masih tersisa di daun mengenai Cinta yang lalu tertawa dan mengejarnya. Bagi saya itu adalah adegan yang paling memorable selain adegan perpisahan di bandara.

Selain puisi-puisi Rangga dan Cinta yang romantis menurut saya ada beberapa kalimat yang pastinya memorable sekali

  • "Ayah adalah sosok yang selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada istri dan anak-anaknya, bukannya pukulan bertubi-tubi."
  •  "Masalah salah satu di antara kita, berarti masalah kita semua."
  •  "Orang luar yang membuat sengsara salah satu di antara kita, harus kita hadapai sama-sama."
  • "Barusan saya ngelempar pulpen gara-gara ada yang berisik di ruangan ini. Saya nggak mau pulpen itu balik ke muka saya gara-gara saya berisik ngomong sama kamu."
  • "Selamat menikmati kesendirian elo, mudah-mudahan nggak kena serangan jantung"
  • "Bila emosi mengalahkan logika, terbukti banyakan ruginya. Benar, khan?"
  • "Jangan kau pikir cewek kelihatan marah itu benar-benar marah. Itu cuma taktik buat memancing inisiatif kau."
  •  "Baru ngebaca pikiran orang saja udah berani memvonis. Punya teman dekat, senang rame-rame, lo bilang anak gaul yang nggak punya kepribadian."
  •  "Nah, elo sendiri gimana? Kalau elo nggak punya teman, ngerasa aneh di tempat-tempat rame kayak gini, salah siapa? Salah gue? Salah teman-teman gue?"
  • "Memang benar apa kata orang bahwa membangun dan memelihara itu cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Namun hanya dibutuhkan waktu yang sangat singkat untuk menghancurkan apa yang sejak lama dipelihara."
Overall, I'll give this book 4 stars out of 5 in my goodreads account.
.