Plus Minus Tinggal di Belakangpadang, Kepulauan Riau


Belakangpadang ialah sebuah nama pulau yang termasuk dalam gugusan pulau di Provinsi Kepulauan Riau. Ditilik dari segi geografis lokasinya berbatasan langsung dengan Singapura.


Selama kurang lebih empat tahun menetap di Belakangpadang, saya banyak bercerita mengenai kehidupan saya di pulau imut-imut ini. Err.. Dooh, kayaknya saya terlalu sering ngeluh-ngeluhin minusnya sampai masing-masing sudah ada postingannya tersendiri, hoahahahaha.. Sile yang masih pengen tahu, why (sometimes) I hate living in here :
😭Sebagian besar penduduk masih bergantung pada air hujan. Kemarau adalah musim yang terasa amat panjang.


😭Harga barang mahal dan sebagian sulit dicari. Seluruh sayuran dan buah-buahan ditimbang. Harganya mihil karena semua didatangkan dari luar pulau. 
Yang ngegemesin, saya pernah mengalami masa-masa kelangkaan kelapa! Mau membeli santan instan pun, stok di semua toko ludes terjual. Eh, kelangkaan beras juga pernah, sampai pak Gubernur harus turun langsung meninjau.
Pilih membeli secara online? Siap-siap kena ongkir mahal.


😭Akses menuju Belakangpadang satu-satunya ialah lewat laut dengan menggunakan pompong (kapal bermesin tempel tunggal) yang tidak jalan kalau hujan lebat. Siap-siap terlambat segala urusan.

😭Sarana prasarana terbilang minim,  Contoh berobat harus siap di rujuk ke Batam. Jenjang pendidikan terbatas pada derajat sekolah menengah lanjutan atas. Tidak ada ATM. Fasilitas Hiburan apalagi, no mall, no bioskop, no..thing!

😭Transportasi umum terbatas pada becak dan ojek.



😭Sinyal ponsel suka hilang-timbul. Hati-hati kena roaming internasional pula. 


Alhamdulillah, rasanya sekarang saya lumayan bisa melihat sisi positifnya. Mungkin menuliskannya di blog selama ini jadi semacam terapi buat saya ya..

Here we go, What I love the most about Belakangpadang :

😄Belajar bahagia itu sederhana, bahagia akan apa yang telah dimiliki saat ini dan bukan apa yang belum dimiliki.


😄 Ritme kehidupan di Belakangpadang itu simple. Masyarakat mayoritas ramah dan saling mengenal satu sama lain dengan baik. Sehingga rasa kekeluargaan dan sangat peduli pada sesama tinggi. Contohnya bila satu warga hendak menebang pohon, tetangga yang sedang senggang tanpa segan-segan akan langsung membantu tanpa dimintai tolong. Apalagi kalau ada yang hajatan. Semuanya kompak saling tolong menolong.

😄Pulau yang tidak terlalu luas, kemana-mana dekat, bebas macet karena minim kendaraan.

😄Udara masih bersih dan segar karena masih banyak pepohonan serta hutan bakau. Bebas polusi karena tidak ada pabrik industri, bahkan PLTD telah dihentikan. Langit biru adalah pemandangan sehari-hari dengan siluet gedung dan lampu dari negara Singapura di cakrawala.

😄Gampang mantai atau island hoping. Bagi orang yang lahir dan besar di daerah kepulauan, mungkin terkesan biasa saja, tapi buat saya, melihat laut setiap hari itu, rasanya menakjubkan.



😄Aman, tingkat kriminalitas rendah. Anak-anak bebas main di halaman tanpa khawatir penculikan. Pencurian sangat jarang terjadi, apalagi curanmor.

😄Dapat sinyal TV dan radio Malaysia dan Singapura.
Penting lho ini, hoahahaha.. Meski secara umum seluruh wilayah di kawasan Kepulauan Riau masih bisa menangkap sinyal, tetapi saya akui, kualitas jernihnya ekstra di Blp karena ya itu tadi, jaraknya yang deket banget.

😄Kuliner lumayan lengkap, khususnya seafood dan enak! Harganya murah, ada sarapan nasi lemak seporsi lengkap masih seharga Rp 5.000,-. Banyak orang dari Batam yang spesial datang ke mari khusus untuk sarapan.


😄Bosan? Sebenarnya gampang, tinggal menyeberang ke Batam atau sekalian nyingapur untuk mencari ragam hiburan. Asal duitnya kenceng aja, xixixixi.


Mayanlah ya.. Banyakkan sisi plusnya dari pada minusnya dari kacamata saya😝. Nah, kalau man-teman, apa saja sih yang disuka dan disebelin dari kota  atau pulau yang ditinggali saat ini?