Semarang, Saya Rindu...

semarang
Sumber

Semarang.


Kota yang sempat saya tinggali selama menuntut ilmu di bangku perkuliahan, tahun 2004-2010. Setelah lulus, sayangnya saya belum berkesempatan dolan lagi.

Hari ini, saya kebetulan membaca dua artikel, --salah satunya ini-- yang membuat saya kangen banget untuk mengunjungi ibukota provinsi Jawa Tengah ini.

Yang lekat dalam memori saya mengenai Semarang: 

1. Kampus.
Saya kangen kampus Universitas Diponegoro (Undip). Termasuk aktivitas kuliah dan teman-teman seperjuangan😘😘

Pahit manis masa perkuliahan pasti ngangenin. Ada romantika tersendiri, entah di jurusan apa, sesuai pilihan hati atau tidak, lancar atau banyak kendala. 

Sekarang yang dalam kenangan saya tinggal yang menyenangkannya saja. Belajar dari dosen terbaik dan banyak bertemu orang-orang hebat.

Apalagi kampus saya berlokasi di daerah Peleburan, yang bisa dikatakan pusat kota Semarang. Karena meskipun titik nol kilometer berada di sebuah taman di ujung jalan Pemuda (antara Gedung Keuangan Negara dan Gedung Dipenda), dekat Jembatan Berok, Simpang Lima adalah alun-alun kota. Pusat segala kegiatan dan ada beberapa mall besar disekelilingnya.

Bosen dikit, tinggal ngesot udah refreshing lagi. Meski banyakan window shopping, maklum mesti menyesuaikan budget mahasiswi kere mere hore! Ehehehe😉

Btw, saat ini kampus Peleburan di pusatkan untuk mahasiswa program pascasarjana. Selanjutnya akan dikembangkan menjadi lebih modern dan lengkap dengan convention centre, hotel dan lain sebagainya.

Semarang-Saya-Rindu-kampus-undip
Sumber: kampusundip.com

2. Makanan Variatif, Enak dan Murah
Dari kecil saya sukaaaa banget makan pecel. Di Semarang, pecel tersedia 24 jam! Subhanallah 🙌 Ga ada satu tempat makan pecel spesifik yang saya favoritkan, semua enak. Tapi saya sering makan di pecel Yu Djum, Simpang Lima karena memang dekat dengan kosan saya di masa post graduate. Sesuai dengan jadwal kuliah, pecel ini bukanya malam, selepas Maghrib hingga dagangan habis.

Menu makanan lain juga bermacam-macam sesuai keragaman penduduknya. Harganya juga relatif murah-meriah. (In general memang biaya hidup di Semarang terjangkau. Sebagai gambaran, saya masih mengalami masa nonton hemat di jaringan bioskop nasional Rp 10.000,- saja, sementara di Jakarta sudah 2x lipat. Batam malah seinget saya tidak pernah ada program nomat).

Ada banyak tempat yang harus dikunjungi sebab bernilai historis, misalnya toko eskrim Oen yang sudah buka sejak 1936. Belum lagi makanan khas yang bisa dijadikan oleh-oleh, ada lumpia, wingko babad, gandjel rel, bandeng presto dan lain-lain.


Ohya, sedikit saran, sebaiknya perhatikan lokasi dan gelagat penjual. Saya punya pengalaman lucu (tapi kalau dipikir lagi malah agak gimanaaaa gitu😀). Pernah saya ceritakan saat blogwaking ke salah satu teman blogger. Ini screen capturenya: #bloggerPemalas




3. Tempat wisata.
Nah, awalnya saya sempat miserable karena saya pikir Semarang tidak semenarik Jogja yang lebih hip. Ternyata saya bersyukur belakangan.

Minim tempat hiburan membuat saya lebih fokus kuliah. Plus, membuat saya dan teman-teman lebih kreatif dalam menggali kegiatan seru. Saya beberapa kali mengunjungi museum (which I love so much), misalnya museum Ronggowarsito. Masih ada beberapa icon kota Semarang yang bisa dikunjungi seperti Mesjid Agung Jawa Tengah, Gereja Blenduk, Sampoo Kong, Kampung Semawis dan Tugu Muda beserta Lawang Sewu yang fenomenal itu.

Sumber: Seputarsemarang.com
Atas: Tugu Muda dan Lawang Sewu, Kampung Semawis
Tengah: Mesjid Agung Jawa Tengah
Bawah: Gereja Blenduk, Kelenteng Sam Poo Kong

Saya penasaran menyaksikan Semarang Night Carnival yang baru diadakan setiap tahun sejak saya sudah lulus.

Sumber: wisatajateng.com

Masih kurang? Dengan modal minim, kita bisa menjelajahi kota-kota terdekat, mulai dari Ungaran, Salatiga, Magelang, Kudus, Demak, Solo hingga ke Jogja yang cuma berjarak 3 jam perjalanan.

4. Calm and Friendly People.
Saya sempat agak culture shock dikit. Besar di Pekanbaru yang rata-rata kalau ngobrol ibarat habis ngemil TOA, eh, di Semarang harus membiasakan diri lebih pelan, baik dari volume maupun kecepatan bicara. Terutama pada orang tua yang lebih mengedepankan tata krama dan inggah inggih.

Ritme kehidupan juga ga terasa sehectic kota besar lain, meski ga woles-woles amat. Kadang ada macet, tapi ya benar-benar di jam sibuk.

Secara keseluruhan, orang Semarang itu baik-baik dan penolong. Contoh kecilnya, jangan kawatir nyasar, kemana-mana mudah minta petunjuk arah dan memberi keterangan dalam bahasa Indonesia (belok kanan atau kiri). Bukannya apa-apa, selama 3 bulan tinggal di Jogja, saya agak puyeng menafsirkan petunjuk arah dengan menggunakan patokan arah mata angin (Timur, Barat, dst bahkan dalam bahasa Jawa: kulon, kidul 😵😵Hoahahaha )

5. Tembalang.
Last but not least, saya cinta Tembalang. Suatu kecamatan yang menjadi lokasi kampus terpadu Universitas Diponegoro.

Kenapa harus jadi poin tersendiri? Soalnya, sebenarnya saya tidak pernah mencicipi kuliah di kampus Tembalang. Tapi, saya bela-belain ngekos selama 3 tahun pertama saya di sini.

Awalnya, karena ketika tiba untuk penerimaan mahasiswa baru, saya kesulitan mencari kos yang sesuai kriteria saya (terutama ibu saya, yang ikut menemani) di lokasi seputaran kampus Peleburan. Kriterianya ga neko-neko, cuma sekamar sendiri, bersih dan ada ibu kos. Ternyata  ketemu yang sesuai budget ya yang di Tembalang.


Alhamdulillah, saya malah dapat kos melebihi dari ekspektasi, lokasi strategis, ibu kos super baik, selalu menyediakan sahur selama bulan Ramadhan. Teman-teman asyik, karena kita rata-rata seangkatan.

Tembalang itu menyenangkan karena akses mudah, (dulu) biaya hidupnya harga mahasiswa semua, plus lengkap, segala ada!

Sebutlah nyari apa? Mau makan? Segala varian dengan kelas tenda sampai yang fine dining ada. Studio foto? Percetakan? Segala jenis rental, laundry, jasa ini itu sampai poliklinik ada (bahkan Undip mau bangun rumah sakit juga. Udah kelar apa belum ya?).

🌸🌸🌸🌸🌸

Pokoknya, 7 tahun yang lalu pertumbuhan kota Semarang pesat banget. Apalagi sekarang ya.. Dari artikel yang saya baca, menurut saya, Pemerintah Kota semakin sukses. Indikatornya, banyak yang digratiskan, mulai dari biaya sekolah, berobat hingga bus trans Semarang hanya bayar sekali saja meski berganti jurusan.

Duh, rindulah pokoknya.. Browsing fotonya malah makin rindu. Stok foto lama saya bersama banyak sahabat dan adik yang saat ini, sudah memutuskan berhijab, rasanya ga cucok lagi menguploadnya.

Teman-teman ada yang pernah berkunjung atau menetap di Semarang?? Apa yang paling berkesan?