Anak Dekat Dengan Ayahnya ialah Bukti Selalu Ada Cinta di Hati Ibu

Anak-Dekat-Dengan-Ayahnya-ialah-Bukti-Selalu-Ada-Cinta-di-Hati-Ibu


Hai, Assalamualaikum.

Saya mau sharing pengalaman pribadi. Sebagai anak pertama dari kedua orang tua yang bekerja di ibukota, saya sempat dititipkan dengan Oma saya. Diawali dari amanat Engkong sebelum beliau berpulang, kedua orang tua saya dengan berat hati menitipkan saya sejak usia tujuh bulan hingga tiga setengah tahun.

Setiap bulan, kedua orangtua saya harus menempuh perjalanan belasan jam --dari Jakarta ke kampung saya di Sumatera Selatan-- hanya untuk menemui saya. Itupun hanya untuk beberapa hari karena harus kembali berkerja.

Efeknya, sudah bisa ditebak, saya menjadi lebih dekat dengan dua orang kakak ibu, yang kebetulan saat itu belum menikah dan turut membantu mengasuh saya. Bahkan, menurut cerita ibu, kata pertama yang meluncur dari bibir mungil saya ialah "tante". Suatu kata, yang sesunguhnya terbilang sulit untuk anak balita.

Pernah pula -lanjut ibu saya bercerita- saya menolak digendong ibu, karena (mungkin) saya merasa ketakutan dan tidak mengenali beliau yang saat itu datang dengan rambut yang baru dikeriting. Saya menangis sejadi-jadinya, sementara ibu saya ikut menangis sejadi-jadinya juga.

Setelah saya kembali tinggal bersama kedua orangtua, ibu saya tengah mengandung adik. Ibu memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai bidan di sebuah rumah sakit swasta. Sebisa mungkin ibu meluangkan waktunya untuk saya. Bahkan saya sudah bisa membaca sekaligus menulis dengan lancar saat berusia 4 tahun.

Tetapi, sejujurnya hingga saya dewasa, hubungan antara saya dan ibu, tidak pernah sedekat antara hubungan antara ibu saya dengan adik perempuan saya. Ada bonding spesial antara keduanya, yang membuat saya selalu bertanya-tanya dalam hati : 'Apakah ini karena saya pernah dititipkan?'

Berdasarkan pengalaman ini, saya bertekad, bila kelak memiliki anak, saya akan sedaya upaya mengasuhnya sendiri. Untungnya, saya bertemu jodoh suami saya, yang ternyata memiliki visi yang sama.

Setelah menikah. saya menjadi ibu rumah tangga yang bahagia. Ketika diberi rezeki kehamilan, ada tantangan baru bagi saya, yang ikut suami di sebuah pulau kecil bernama Belakangpadang. Mungkin teman-teman pembaca setia blog saya, pernah saya ceritakan, bahwa di pulau ini, sarana kesehatan terbatas. Di sisi lain, Ibu saya menganjurkan untuk mengecek kehamilan di dokter spesialis OBGYN. Jadilah setiap bulannya saya ditemani suami, harus menyebrang ke Pulau Batam. Dokter kandungan langganan saya ialah seorang dokter wanita yang baik hati. Sayangnya, di hari perkiraan kelahiran (HPL) saya, beliau berangkat umroh ke tanah suci.



Ibu segera meminta saya kembali ke rumah orangtua yang berada di pulau yang berbeda meski masih dalam satu provinsi yang sama. Pertimbangan ibu, karena di Tanjung Balai Karimun terdapat dua rumah sakit besar. Alhamdulillah, ternyata feeling ibu saya tepat. Di hari kelahiran Ziqri -putra saya-, masa kehamilan sudah lewat satu minggu dari HPL. Saya tidak mengalami mulas sedikitpun meski air ketuban saya merembes dan hanya tinggal beberapa persen. Setelah dipancing dengan obat dan tanpa pembukaan sama sekali, akhirnya saya harus dibedah caesar.

Suami datang menjelang saya masuk kamar operasi. Ia masih sempat menemani kami hingga masa cuti berlalu. Setelahnya, Ia kembali ke Belakangpadang untuk bekerja dan hanya bisa datang setiap akhir pekan atau kadang dua minggu sekali.

Selama empat bulan, kami harus menjalani hubungan pernikahan jarak jauh alias long distance marriage. Saya harus mengurus Ziqri seorang diri. Seolah roda kehidupan memutar balik sejarah. Ziqri, menjadi terlalu attach dengan saya, ibunya. Hingga kadang saya susah ke toilet dan menunaikan ibadah shalat, karena meski dijaga Opa dan Omanya (orangtua saya), dalam hitungan menit, Ia akan terbangun dan menangis (dan tangisnya dengan volume maksimal! Hoahahahaha). Begitupula ketika ayahnya datang, Ia menangis dalam gendongannya dan tetap mencari saya.

Dari sinilah saya belajar, bahwa anak --dari bayi sekalipun-- perlu merasakan pengasuhan orang lain. Meskipun tidak berada dalam pengasuhan saya sendiri selama 24 jam pun, selalu ada cinta di hati setiap ibu untuk anaknya. Cara menunjukkan cinta tersebut justru dengan membuat anak turut mencintai orang-orang lain disekelilingnya, dimulai dari keluarga, termasuk ayahnya.

Agar anak selalu dekat dengan ayahnya yang tidak dilihatnya setiap hari, membutuhkan usaha.  Didukung oleh saya, ayahnya yang harus berusaha untuk selalu dekat dengan Ziqri.

Cara pedekate  Ayah dengan Ziqri selama ini antara lain :

❤ Membantu Mengurus Keperluan Sehari-hari.
Alhamdulillah, tanpa diminta sebenarnya suami saya tipe yang bersedia membantu momong anak. Dari baru lahir sekalipun, meski sedikit canggung, ayahnya Ziqri mau menggendong dan belajar cara merawat bayi dari perawat di rumah sakit. Jujur saja, ayahnya Ziqri jauh lebih rapi ketika memasang kain bedongan Ziqri dibanding saya. Ia pula yang lebih telaten memilihkan pakaian yang matching untuk anaknya.

Salah satu hal yang paling membanggakan buat kami semua ialah, hingga saat ini Ziqri berusia 3,5 tahun, Ia belum pernah sekalipun potong rambut di tukang cukur. Mulai dari membotakkan untuk yang pertama kalinya, ayahnyalah yang mengerjakan sendiri. Hasil potongannya juga lumayan modelnya, hemat biaya dan menjadi kesenangan tersendiri bagi keduanya.


❤ Mengajak Bermain

❤ Mengajak Beribadah.
Sejak berusia hampir dua tahun, Ziqri kerap diajak ayahnya menunaikan ibadah Shalat fardhu maupun Shalat Jum'at ke mesjid. Momen ini menjadi bonding spesial, karena mereka biasa pergi berdua saja.

❤ Menemani Berolahraga dan Menjalani Hobby.
Ziqri sering diajak kala mengunjungi bengkel atau mengurusi burung-burung peliharaan ayahnya. Di akhir pekan, kadang kami mengajak Ziqri berolahraga bersama-sama.



❤ Mendengarkan Cerita
Setiap kali datang berkunjung atau sepulang kerja, ayahnya membiasakan diri segera menyapa Ziqri dan bercerita mengenai harinya. Setelah Ziqri lancar berbicara, maka kebiasaan ini dibalik, ayahnya yang akan menanyakan atau Ziqri yang dengan sendirinya bercerita mengenai kejadian yang dialaminya di hari tersebut. 

❤ Menjaga Selama Beberapa Jam
Setelah Ziqri agak besar, saya mulai sering meninggalkan Ziqri berdua saja dalam pengawasan ayahnya. Terutama di saat saya harus menghadiri event blogger yang biasanya diadakan di Pulau Batam. Durasinya memang tidak lama, hanya beberapa jam dan biasanya saya telah mempersiapkan aneka kebutuhan Ziqri. 

Nah, salah satu yang paling harus diantisipasi selama ditinggalkan ini, ialah apabila Ziqri tiba-tiba demam, namanya juga anak-anak. Kami sudah menyepakati langkah-langkah yang kami lakukan saat Ziqri teraba demam :

langkah-langkah-saat-si-kecil-demam


Untungnya, suami saya tak perlu panik saat Ziqri demam, namun saya sedang tidak berada di rumah. Karena kami selalu sedia Tempra SyrupSelain dapat menurunkan panas, Tempra juga dapat digunakan untuk membantu meredakan rasa sakit, nyeri ringan, sakit kepala dan sakit gigi, serta pegal -pegal pada anak.


tempra-penurun-panas

Tempra dilengkapi dengan gelas takar dalam setiap kemasannya. Sangat cocok digunakan oleh para ayah, yang biasanya mau yang serba praktis. Jadi, tidak perlu repot mencari sendok lagi. Petunjuk penggunaannya juga jelas terbaca dan seandainya si Ayah kelupaan mengembalikan ke kotak obat, Insha Allah aman! Ziqri tidak akan bisa membuka tutupnya. 'Kan ada metode khusus yang harus dilakukan untuk membuka tutup botol Tempra.

tempra


Keunggulan lainnya, bebas alkohol, harganya terjangkau dan mudah diperoleh di apotek atau toko obat terdekat. Ukuran botol yang disediakan juga bervariasi, misalnya untuk Tempra Syrup, ada yang 30 ml, 60 ml atau 100 ml. Saya biasa beli yang ukuran 30 ml agar tak kelamaan disimpan. Biasanya hanya diminum untuk satu periode demam saja. Begitu habis, beli baru sebagai stok di rumah.

Selanjutnya, kami tinggal mengobservasi keadaan Ziqri. Bila demamnya segara turun dan kembali ceria, maka artinya tak ada yang harus dikhawatirkan. Namun, apabila demam berlanjut, perlu ditindaklanjuti dengan mencari penyebabnya. Sebab, demam sebenarnya ialah kondisi alami tubuh saat melawan kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuhSaat Ia sakitpun saya dan ayahnya sama-sama merawat dan menjaganya.

Semoga Ziqri dan adik-adiknya kelak selalu memiliki porsi kedekatan yang sama dengan Ibu dan Ayahnya. Dan selalu bisa merasakan cinta kami dalam proses membimbing dan mendidik mereka menjadi cahaya mata, pelita hati dan tabungan akhirat. Aamin ya rabbalalamin.


Terakhir, saya ingin berbagi tips saya untuk para ibu, yang suami alias ayah si kecil, terlihat cuek saja  mengenai keterlibatan dalam pengasuhan anak :
1. Selalu libatkan ayahnya dalam setiap aspek mengambil keputusan tentang si kecil. Mulai dari yang sepele, misalnya menentukan warna pakaian yang akan dibeli untuk calon bayinya.
2. Setelah lahir, encourage ayahnya untuk mau mengasuh. Masih takut memandikan saat newborn? Ya gapapa, nanti saat anaknya sudah agak besar -minimal bisa duduk di bak mandi bayi-- memandikannya akan lebih menyenangkan
3. Selalu ucapkan terimakasih, setelah menolong merawat atau dititipi si kecil sejenak.
4. Tidak mengutarakan kecemburuan, saat anak menjadi lebih dekat dengan ayahnya.

✌✌✌✌✌✌
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.