5 Hal Istimewa dari Tanjung Balai Karimun

Hai Assalamualaikum..
tanjung balai karimu Kepulauan Riau

Hayoo.. Ada yang tahu Tanjung Balai Karimun itu di mana?


Survey kecil-kecilan a la saya mengatakan 80% akan mengira nama lain dari Karimun Jawa. Sedangkan 15 % lainnya akan menebak di Sumatera Utara.

Surveynya abalabil lah.. Presentasenya saya kira-kira aja hoahahaha. Tapi respondennya kredibel. Hasil kesimpulan saya dari jawaban atau reaksi teman-teman kuliah di salah satu universitas negeri bonafid di Semarang, Jawa Tengah.


Makanya, dominan yang merespon "Oo Karimun Jawa" karena (dikira) berada di propinsi yang sama. Atau teringat Tanjung Balai Asahan karena kebanyakan teman sefakultas saya berdarah Batak. (Agak OOT, pernah tanya kenapa mayoritas pengacara orang Batak? Ya.. Karena yang berminat kuliah hukum juga mayoritas orang Batak #lha! Ini ibarat pertanyaan mana duluan ayam apa telur ya.. Hoahaha)

Kembali  ke pertanyaan, jawaban yang benar ialah di Kepulauan Riau. Tepatnya ibukota dari Kabupaten Karimun, yang terdiri atas gugusan pulau antara lain Pulau Karimun dan Pulau Kundur.


Hah?! 
Apa? 
Belum pernah dengar? 
Yakin, dulu ada teman saya yang bisa jawab? Alhamdulillah, ada beberapa orang, yang entah nilai geografinya cemerlang banget atau memang pernah bersingungan dengan Tanjung Balai Karimun.

Bisa dipastikan, di masa itu, saya menghabiskan beberapa menit masa perkenalan dengan berusaha menjelaskan dimana lokasi rumah orang tua saya berada.

logo-karimun-kabupaten-karimun
Tugu Karimun yang menyambut kapal ketika akan berlabuh

Padahal --waktu awal kuliah-- saya tidak memiliki keterikatan perasaan apapun. Bagi saya Tanjung Balai Karimun murni adalah lokasi rumah keluarga mengikuti pemindahan kerja ayah saya. Rumah yang hanya saya kunjungi saat liburan sekolah (dan kuliah). Sebab, ketika ayah pindah tugas, saya memutuskan tetap tinggal di Pekanbaru demi menamatkan SMA. Selepas itu, saya langsung menuju Semarang.

Setelah selesai kuliah, barulah saya sempat menikmati keindahan Tanjung Balai Karimun. Itu pun saya tidak lama tinggal di rumah. Saya memilih magang di Batam kemudian menikah dan ikut suami di Belakang Padang.


Tapi, setelah di resapi, sebenarnya Tanjung Balai Karimun tidak seterpencil yang dikira sebagian besar orang. Ada pelabuhan internasional yang membuka akses langsung ke Singapura dan pelabuhan Putri Johor, Malaysia. Untuk ukuran ibukota Kabupaten, kotanya cukup maju dan modern. Dengan sentuhan budaya Melayu yang masih terasa hingga kini. 

Apa saja keunikan dari Tanjung Balai Karimun dan Pulau Karimun pada umumnya?

1. Bas Peninggalan Zaman Perang.




bas-zaman-jepang-karimunPernah ngebayangin sekolah diantar jemput dengan kendaraan antik?
Anak-anak di Karimun kini berlangganan secara bulanan naik bas peninggalan zaman Jepang ini. Dindingnya terbuat dari kayu (papan), tanpa kaca jendela dan naik serta menurunkan penumpang dari pintu yang terdapat di bagian belakang.

Alhamdulillah, sekitar tahun 2000an,  bas (begitu biasa penyebutannya) masih menerima penumpang regular dengan tujuan Pasar Puakang, dan saya berkesempatan naik. Waktu itu ongkosnya Rp 4.000,-. Sayangnya, saat ini bas memang hanya dijadikan sarana antar jemput anak sekolah, pegawai yang lokasi tambangnya jauh serta dijadikan kendaraan sewa harian. Tarifnya lumayan mahal antara Rp 600.000,- hingga Rp 700.000,- untuk membawa sekitar 16 -20 orang dewasa.


2. Festival Barongsai dan Lampion Tahunan




festival-barongsai-karimun

Salah satu agenda tahunan Tanjung Balai Karimun yang komunitas suku Tionghoanya cukup ramai.  Kegiatan berlevel internasional ini menyedot banyak pengunjung. Tahun lalu saya sempat menyaksikan keseruannya.

Baca juga : Festival Barongsai dan Lampion Karimun 2017

Selain itu kerap diadakan kegiatan seni budaya Melayu lainnya seperti Festival Kompang dan tari-tarian.

3. Kuliner Khas

lendoot-makanan-khas-karimun

Pernah dengar lendoot, gobak, lakse atau kacang kuda?
Ketiganya ialah makanan tradisional khas Melayu Karimun. Lendoot sebagaimana foto diatas ialah semacam siput laut (bahasa ayah saya menyebutnya Liling), di masak dengan sayuran seperti kangkung dalam kuah panas yang dikentalkan dengan sagu. Rasanya enak, tapi makannya lumayan ribet karena kita harus menghisap siput keluar dari cangkangnya. Biasa dihidangkan dalam jamuan pesta pernikahan.

lakse-pedas-khas-Karimun
mie sagu alias lakse
Gobak ialah campuran butiran sagu yang disangrai dengan parutan kelapa berbumbu agak pedas, sedangkan kacang kuda ialah oleh-oleh khas Karimun. Dijual dalam bentuk mentah Rp 32.000,- / 500 gram. Saat akan dimakan kita harus merendamnya dalam air bersih selama satu malam. baru direbus keesokan harinya.


4. Tempat Rekreasi

Belum afdol kalau ke Karimun namun belum mengunjugi pantainya, ada banyak pantai yang terbuka untuk umum. Diantaranya pantai Pongkar, Pantai Ketam dan Pantai Pelawan, Sayangnya semua pantai belum dapat dicapai dengan kendaraan umum. Kita bisa menyewa kendaraan roda empat dengan biaya Rp 250.000,- selama 12 jam (tanpa supir).

Ada pula Gunung Jantan, gunung sepertinya lebih tepat disebut bukit ini, cukup menantang untuk di daki. Tapi kalau tak tertarik mendaki boleh mencoba berenang di Kolam Renang Tamara, yang sumber airnya berasal dari Gunung Jantan. Airnya segar dan benar-benar sejuk.

Malam harinya jangan lewatkan berkunjung ke Kawasan Pasar Malam atau Coastal Area. Keduanya menwarkan aneka kuliner dan menjadi ajang berkumpul. Memang sudah menjadi suatu kebiasaan bagi penduduk di daerah kepulauan untuk selalu kongkow dan ngopi di malam hari. Yang membuat lebih meriah, di kawasan Coastal Area ada ruang terbuka (sebenarnya peruntukannya ialah semacam alun-alun) yang dijadikan tempat bermain anak. Segala macam permainan mulai dari in-line skate, mobil atau motor kecil yang dijalankan aki hingga becak tradisional ada dan bisa disewa Rp 10.000,- per 15 menit.

permainan-coastal-area
Saya harus buat satu postingan sendiri untuk menceritakan Coastal Area ini.



5. Tradisi Lampu Colok Ramadhan






Ini favorit saya. Setiap tahun saya dan adik (berhubung dia yang nyetirin hoahaha), bela-belain bermacet-macet ria keliling Tanjung Balai Karimun hingga ke lokasi yang lumayan jauh demi menyaksikan festival lampu colok ini. Setelah Ziqri lahir, semakin menyenangkan, karena anak-akan sangat terpesona dengan lampu colok ini. Biasanya Ia sampai tak ingin pulang saking senangnya.

Setiap daerah (per Rukun Warga (RW) kayaknya), berlomba-lomba membuat desain gapura ---biasanya berbentuk mesjid--- termegah dari susunan lampu colok. Lampu colok ialah lampu yang dibuat dari bekas kaleng minuman soda yang diisi dengan minyak tanah dan diberi sumbu. Biayanya tidak sedikit, tetapi para pemuda kampung biasanya tetap bersemangat dalam menggalang dana, karena hadiah yang ditawarkan pemerintah daerah Kabupaten Karimun biasanya lumayan, mencapai puluhan juta rupiah.

Festival biasanya dilangsungkan selama 2-3 hari, sekitar 3-5 hari menjelang Idul Fitri. Jadi para perantau biasanya sudah berkumpul dan bisa ikut menyaksikannya. Jalanan jadi semarak dengan cahaya pelita dari lampu colok. Makanya, yang biasanya sepi, mendadak jalanandi Karimun jadi macet, banyak kendaraan yang berhenti untuk berfoto di bawah gapura, yang nota bene berada di tengah jalan raya. Mengakalinya, dulu sewaktu ayah masih aktif, kami "melarikan" mobil dinas ayah. Somehow, satpol PP yang menjaga jalan akan mendahulukan mobil berpelat merah. (please, jangan ditiru yaaaa)

Kebandelan berikutnya adalah, kami skip Shalat Tarawih berjamaah di Mesjid, karena wilayah yang langganan juara seperti Parit Benut, lokasinya cukup jauh dari rumah. Jadi kami biasanya berangkat ba'da Isya dan baru pulang jam 22.00 WIB.

❤❤❤❤❤❤❤

Yuk, kunjungi Tanjung Balai Karimun. Jangan khawatir, penginapan tersedia dari kelas minimalis hingga hotel berbintang 3 milik jaringan perhotelan nasional. Ongkos kapal dari Batam sebesar Rp 135.000,- (pulang pergi dari Pelabuhan Sekupang dengan naik Kapal Mikonata, Batam Jet atau Dumai Express) atau Rp 105.000,- (sekali jalan dari Pelabuhan Harbour Bay dengan naik Kapal Oceana). Perjalanan ditempuh selama 1-1,5 jam saja.