Jalan-jalan Singkat ke Prayun, Kundur Barat



Sebelum memulai kisah jalan-jalan singkat saya, Ziqri dan Ibu saya alias Omama-nya Ziqri, ada yang bisa menebak, bedasarkan foto ini, kira-kira berapa usia Omama Ziqri? Ga ada hadiahnya sih, cluenya usia saya sekarang kepala tiga dan Ibu saya temasuk yang telat menikah di zamannya karena harus menyelesaikan dua kali ikatan dinas.

Nah, jalan-jalan kali ini, dalam rangka merayakan hari ulang tahun ibu saya yang jatuh seminggu sebelumnya. Meskipun di keluarga saya tidak ada keharusan untuk merayakan hari ulang tahun, sering kali, kami tetap berusaha menjadikannya momen istimewa. 

Omama melontarkan ide untuk berkunjung ke Prayun, sebuah desa di Pulau Kundur. Kebetulan seorang sepupu dan dua saudara saya yang lain adalah karyawan PT. Timah dan menetap di kompleks perumahan perusahaan yang berlokasi disana. Ibu saya ingin berkunjung, karena terakhir kali datang sekitar 7 tahun yang lalu. Biasanya mereka yang ke rumah orang tua saya sebagai pihak yang dituakan. Saya sendiri sempat mengajak Ziqri dan ayahnya ke Prayun setahun yang lalu. Awalnya saya agak malas, toh sebenarnya suasananya mirip dengan Belakang Padang yang sepi. Tapi, saya menjadi bersemangat setelah mendapat informasi bahwa ada beberapa tempat baru yang bisa kami kunjungi dan kids friendly.

Kapal tujuan Selat Belia : Satria atau Terra Joan
Perjalanan kami dimulai dari Pelabuhan Sri Tanjung Gelam Karimun atau lebih terkenal dengan nama pelabuhan KPK. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang khusus melayani pelayaran tujuan dalam Kabupaten Karimun, misalnya ke Pulau Moro atau ke Prayun dan Urung yang juga terletak di Pulau Kundur. Setibanya di pelabuhan, di loket yang tersedia, saya membeli tiket sekali jalan yang di hargai Rp 21.000,- per orang. Fasilitas ruang tunggunya sedikit sempit dan kurang terawat, tapi tidak masalah, karena setiap 30 menit selalu ada kapal yang berangkat dengan tujuan Prayun. Setelah kapal pilihan kita tiba, kita membayar asuransi perjalanan sebesar Rp 2.500,- sebelum turun ke ponton.
Ziqri dan Omama nungguin kapal

Perjalanan menyeberangi Selat Beliah berlangsung singkat, hanya 10-15 menit. Karena yang menjadi tujuan kami ialah daerah Prayun, yang masuk ke Kecamatan Kundur Barat. Lokasinya berada di Pulau Kundur di sisi yang memang terbilang dekat ke Pulau Karimun, sementara Kota Tanjung Batu terletak di sisi pulau Kundur bagian yang satu lagi. Pelabuhan tujuan ini bernama Tanjung Maqom. Di kawasan yang sama ada juga pelabuhan untuk bersandar kapal roll-on and roll-off (roro), sayangnya saya tidak sempat foto-foto karena hujan gerimis menyambut kedatangan kami. Sekedar informasi, bila ingin menyeberang dari Tanjung Balai Karimun dengan membawa sepeda motor, bisa menaiki kapal roro ini melalui pelabuhan Parit Rempak dan biayanya Rp 32.000,- ditambah Rp 11.000,- untuk seorang pengendara.

Pelabuhan Tanjung Maqom
Bila tidak ada keluarga yang menjemput, tidak perlu khawatir. Di pelabuhan ada beberapa alternatif kendaraan umum, yaitu angkot (alias oplet) dengan tujuan akhir trayeknya ialah Kota Tanjung Batu dan ojek.



Baru sadar, ga ada satupun foto bersama yang lengkap 4 keluarga,
keasyikan ngobrol sambil memperhatikan anak-anak main.
Meski awalnya sempat agak drama, Ziqri senang sekali tinggal di rumah atuk mudanya, apalagi setelah bertemu dengan Abang Erdi dan Abang Rifky. Lokasi rumah yang kami tempati berseberangan dengan lapangan bola kaki, dan langsung dimanfaatkan para bocah untuk bermain bola.


 *****
Kolam renang Fila desa gemuruh Kundur Barat
Kolam Renang Fila Desa Gemuruh, Kundur Barat
Setelah beristirahat sebentar, tujuan pertama kami ialah sebuah kolam renang yang baru di buka sebulan yang lalu. Namanya Kolam Renang Fila. Lokasinya tepat di seberang kantor Kepala Desa Gemuruh, jadi kita berbalik ke arah Pelabuhan. Anak-anak dikenakan biaya Rp 7.000,- / orang dan orang dewasa Rp 10.000,- bagi yang berenang.

Kolam renang ini sebenarnya termasuk sederhana. Fasilitas disediakan ialah satu kolam renang utama dengan dua jenis kedalaman air, yaitu 1 meter dan 1,5 meter; kolam anak-anak dengan kedalaman air hanya 30 cm; kamar mandi dan bilas; kantin sederhana dan taman yang dilengkapi dengan kursi taman beratap sebagai tempat menunggu. Sebenarnya tempat ini masih dalam proses pembangunan, tetapi selalu ramai sejak dibuka. Pengunjung rata-rata warga asli yang memang senang berenang lebih memilih berenang disini yang  airnya lebih jernih dan bersih dibandingkan berenang di Kolong (bahasa Melayu untuk kolam air tawar bekas penggalian tambang).



Kolong sebagai sumber air berada tepat di bagian belakang kolam renang
Anak-anak sangat menikmati bermain air disini. Ziqri yang dari rumah tidak membawa pakaian renang, menceburkan diri tanpa berganti pakaian lagi ke kolam anak-anak. Lima menit pertama Ia langsung bosan dan meminta pindah ke kolam dewasa. Sepupu saya berinisiatif meminjamkan pelampung yang juga disediakan pengelola kolam. Setelahnya malah Ia tak mau naik. Kegirangan.


Malam harinya saudara saya mengajak kami keliling ke dalam Komplek Perkantoran PT. Timah. Sebenanya tidak sembarangan orang diizinkan masuk, tetapi kami menyelundupkan diri dalam pick up perusahaan demi menyenangkan anak-anak untuk melihat excavator dan kapal keruk timah. Singkat saja, tidak turun dan berfoto sama sekali. Lalu, Omama melanjutkan acara pantauan (bahasa Semendo yang artinya diundang dalam jamuan makan) ke rumah abang Erdi.

*****

Rencana untuk ke pantai kesesokkan paginya harus batal karena hujan yang sudah turun sangat deras sejak malam harinya masih menyisakan gerimis. Setelah sarapan kami memutuskan untuk berkeliling komplek perumahan dan berakhir di Taman Stannia. Di taman terdapat sebuah panggung yang sering digunakan untuk berbagai acara PT.Timah dan disediakan beberapa permainan anak. Berhubung suasana sepi, akhirnmya saya dan para saudara ikut bermain. Memang konstruksi banngunannya cukup kokoh untuk dimainkan oleh orang dewasa sekalipun. Semuanya bergembira! Termasuk Omama yang tertawa lepas sambil menemani Ziqri bermain jungkat-jungkit. Seru!

taman stannia Komplek perumahan PT. Timah Prayun
Taman Stannia
Suasana Minggu pagi, tidak terlalu ramai karena habis gerimis
monkey bar
main perosotan
Omama main jungkat-jungkit.....
....sampai dua ronde! Hoahahaha
Yang menarik, ada sebuah perpustakaan mini yang menyempil di pojokan taman. Sayangnya untuk hari Minggu tutup. Menurut saya tinggal di perumahan perusahaan seperti ini sangat menyenangkan. setiap rumah dialiri air dan listrik gratis, karena  PT. Timah memiliki sistem pengolahan air bersih dan PLTD sendiri. Fasilitas penunjang juga terus bertambah, lapangan olahraga untuk basket dan volly ada di bagian lain, ditambah dengan kolam renang dan ruang fitness yang masih dalam tahap pembangunan. 

Lelah bermain, kami pantauan alias makan siang dahulu di rumah abang Rifky. Sebelum bertolak ke pelabuhan kami sempat mampir ke salah satu pusat perbelanjaan yang paling besar di Prayun, BSC. Konon katanya, semua produk yang dijual langsung di bawa dari Batam, sehingga harga jualnya menjadi lebih murah dibandingkan toko sejenis hingga di Tanjung Batu sekalipun. Di lantai duanya terdapat tempat bermain anak. Uang masuknya, termasuk sepasang kaus kaki yang harus digunakan ialah Rp 20.000,- per anak untuk waktu bermain unlimited. Berhubung tidak ada pengunjung lain, akhirnya entah bagaimana kami ramai-ramai masuk kedalam ruangan mandi bola! Lagi-lagi, sebaiknya jangan ditiru ketidakdisiplinan kami ini.


Yak, begitulah cerita perjalanan singkat kami ke Prayun, Kundur Barat. Terimakasih Atuk Muda- Nenek Epi, Abang Erdi dan Abang Rifky yang sudah menjamu Ziqri selama di Prayun. Kapan-kapan nanti kami datang lagi yaa..

Last but not least, Happy Birthday Omama! Semoga selalu dalam lindungan Allah dan dilimpahi barokah-Nya. Sehat selalu dan bahagia terus biar tetap awet muda. Hoahaha. We love Omama *hugh & kisses* dari Ziqri dan Ibunya Ziqri