Kingdom : Kdrama Serasa Nonton Game Of Thrones

Kingdom Season 1 dan 2

Sebenarnya, Saya sudah menyadari keberadaan drama Korea Kingdom ini saat pemutaran perdananya di kanal aplikasi streaming Netflix tahun 2019 lalu. Sebagai drakor original Netflix pertama, hype-nya begitu terasa dikalangan pecinta Kdrama. Apalah daya, saat itu saya sedang diburu merampungkan pekerjaan sebelum resign.

Membaca review dari teman blogger pencinta Korea plus mendengar cerita penuh semangat dari sesama teman kerja pencinta drakor benar-benar meningkatkan ekspektasi Saya. Sayang, Saya belum tergerak untuk berlangganan Netflix karena ya itu tadi, Saya (sok) sibuk. Hoahaha

Selama beberapa tahun, Kingdom masih berada di daftar harus-nonton-sebelum meninggal Saya. Akhirnya kesempatan itu pun tiba, di bulan Ramadhan tahun ini akhirnya Saya putuskan menonton drama ini. Iya, provider telepon genggam Saya akhirnya bekerja sama dengan Netflix dan memudahkan dalam proses pembelian paket.

Sinopsis

Adegan pembuka sudah membuat bulu kuduk meremang. Seorang tabib yang meramu semacam obat tradisional lalu memberikannya pada sesosok misterius. Dengan diiringi opening score yang juga mencekam.

Kemudian kita langsung dibawa berkenalan dengan sang tokoh utama, Putera Mahkota Lee Chang ( Ju Ji Hoon). Beliau sedang berlutut di pintu masuk istana, memohon izin untuk bertemu dengan Ayahandanya, Paduka Raja. Beliau dikabarkan terkena campak dan sudah sepuluh hari tidak tampak.

Sayang keinginan tersebut terhalang oleh titah Permaisuri. Bahkan Ia yang sedang hamil besar, bersusah payah menemui langsung Lee Chang. Kemudian Ia bersilat lidah dengan lihai seolah Lee Chang lah yang tidak menghormati Sang Ibu Sambung sebab usianya yang masih belia.

Lee Chang menyadari, bila Ia terus melawan Ia pun akan terjebak dalam posisi yang dirugikan, dituduh iri akan segera lahirnya calon adiknya. Dimana secara garis keturunan akan lebih kuat sebagai anak Permaisuri, sementara Ia hanyalah anak seorang selir. Ditambah pula, keluarga permaisuri ialah klan Cho yang paling berkuasa, termasuk Ayah kandungnya yang menjadi Kepala Penasihat Negara.

Mengalah bukan berarti kalah, pangeran berusaha menyelinap kedalam istana. Dia dikejutkan dengan rumor bahwa sesungguhnya Paduka Raja menghilang dan para pengawal yang dipimpin oleh abang kandung permaisuri berusaha menangkapnya. Ditengah kebingungan itu, Ia menyadari ada mahkluk yang berkeliaran di Istana. Aromanya menyengat dan bersuara erangan rendah serupa mosnter.

Setelah tertangkap basah, Lee Chang mengerahkan pengawalnya yang paling terpercaya, Moo Young (Kim Sang Ho) untuk mencuri catatan pengobatan Raja. Keanehan ditemukan, bahwa catatan itu tidak pernah diisi sejak beberapa hari lalu.

Lee Chang mengenali nama tabib yang menangani ayahnya. Anehnya sebenarnya sang tabib Lee sung Hui, telah mengundurkan diri sejak tiga tahun lampau. Dengan sedikit memaksa, Ia mengajak pengawalnya pergi ke kota Dongnae, kediaman sang Tabib.

Setelah berkendara dengan kuda, Lee Chang tiba di kediaman Sang Tabib dan menemukan kondisinya porak poranda. Tanpa diketahuinya, setelah kepulangan Sang Tabib terjadi serangkaian kejadian tak terduga yang membuat nyaris seluruh penghuni balai pengobatan bertransformasi menjadi zombi. Namun di siang hari para zombi tersebut menjadi dorman dan terlihat ibarat sesosok jasad saja.

Sang Pangeran yang belum tahu, malah melaporkan pada pejabat daerah setempat dan mereka membawa mayat yang bergelimpangan ke balai kota untuk diinvestigasi. Nahas, saat bertemu dengan Seo Bi, seorang asisten dan ahli pengobatan dari klinik yang sedang mencari sejenis tanaman langka-bunga keabadian- barulah Lee Shin menyadari bahwa tindakannya membawa kerjaannya jatuh ke era zombi apocalypse.

Bersama Seo Bi, dan Young Shin -seorang pemuda misterius yang secara tanpa sengaja memulai semuanya - Pangeran dan Mo Young harus berusaha menyelamatkan kerjaaan dari wabah zombi sekaligus mempertahankan posisinya sebagai pewaris tahta.

Drama: Kingdom
Sutradara: Kim Sung Hoon
Penulis : Kim Eum Hee
Pemain : Ju Ji Hoon, Bae Donna, Ryu Seung Ryong, , Kim Sung Kyu, Kim Sang Ho, Jun Suk Ho, dll
Jaringan : Netflix
Jumlah Episodes  : 6 per season, total 12
Genre : Thriller, Mistery, Fantasy, Historical Drama

Review

Whuaah.. Saya bersyurkur nonton setelah langsung ada dua seasons, ga kebayang kalau harus menunggu dengan jeda setahunan. Season pertama berakhir secara klimaks ditengah pertempuran melawan pasukan mayat hidup.

Kedua season ini memang seolah menyatu atau bisa dianalogikan dengan film layar lebar yang syutingnya back-to-back. Nyambung langsung ke adegan pertempuran krusial. Karakter orang Asia cenderung awet muda pula, memang terasa semakin menyatu sebab tak nampak perubahan fisik yang signifikan diantara para pemainnya (lupakan makeup dan oplas ya).

Saking bagusnya sebenarnya saya nonton kedua season dalam satu hari saja. Diawali setelah Zuhur, diantara banyak distraksi : mengurusi bayi, si sulung yang mau ujian dan menyiapkan menu berbuka puasa.

Akhirnya saya lakukan sesuatu yang sudah lamaaa sekali rasanya tak pernah saya lakukan : begadang demi ngedrakor -hingga menjelang sahur. Rasanya puas!

Wajarlah kalau banyak yang membandingkannya dengan Game Of Thrones, ada beberapa kesamaan menurut saya :

1. Dibintangi Para A-lister

Siapa yang tak kenal Ju Ji Hoon? Memang setelah awal karirnya yang gemilang, Ia sempat menghilang akibat skandal obat terlarang. Saya termasuk yang patah hati, karena Saya suka sekali Princess Hours. Syukurlah, Ia berhasil comeback dengan deretan serial dan film yang cukup baik dari segi cerita maupun rating. Dan diusianya yang masuk kepala empat, He's aging wisely, tubuhnya pun lebih proporsional dibanding saat masih jadi Lee Shin dulu.

Diperkuat dengan kehadiran Bae Donna, salah satu Hollywood darling dari KorSel. Aktingnya sebagai tabib Seo Bi, menurut saya pas. Meski dalam ketegangan, wajahnya yang terlihat pias tetap menunjukkan keteguhan hati dan keteguhan. Berkat kecerdasannya pula misteri seputar tanaman rahasia dan wabah mayat hidup sedikit demi sedikit bisa dikuak, termasuk cara penanganannya.

Segi komedi berhasil ditampilkan dengan baik oleh Jun Suk Ho selaku Beom Pal yang penakut tetapi bernasib beruntung. Sungguh saya salut dengan kemampuan bertahan hidupnya. Tingkahnya yang naksir Seo Bi pun selalu berhasil membuat saya senyum-senyum sendiri.

Ada pula Kim Sung Kyu yang menjadi Young Shin, si scene stellar yang luar biasa. Entah apa agendanya diawal tetapi Saya merasa Ia dilingkupi perasaan bersalah sebagai salah seorang yang berperan mempercepat penyebaran wabah. 

Dari sisi antagonis, Lee Seo Ryong tak perlu diragukan. Tatapan mata yang sangat dingin, didukung dengan timbre suaranya yang berat membuat Cho Hak Ju lebih seram dari zombi. Ia sangat ambisius dan selalu menghalalkan segala cara demi mengagungkan klannya sendiri. 

Sayang, Ia "dikalahkan" oleh seseorang yang paling Ia remehkan, putrinya sendiri. Sang permaisuri belia namun ternyata lebih Afgan (baca : sadis).

2. Mengisahkan Perebutan Takhta -dengan plot twist, Zombi-

Siapa yang bisa lupa dengan kehadiran White Walkers alias zombi es dari Game Of Thrones? Hampir mirip karena genre fantasi yang cukup dominan. Nah, Zombi di Kingdom juga believeable dengan tampilan makeup prosthetic on point plus gerakan yang lugas.

Meski sama-sama hasil adaptasi, Game Of Thrones berasal dari buku yang kelima seri totalnya ribuan halaman. Sementara Kingdom berasal dari Graphic Novel yang lebih singkat, namun penonton masih diberi kejutan oleh skrip yang digarap oleh Kim Eum Hee 

Perebutan tahta yang menunjukkan adu kecerdasan serta permainan politik berlandaskan ego dan kelicikan dengan alasan tersendiri.

Kekuatan naskah juga terlihat dari barisan kalimat yang dinarasikan dengan baik oleh para pemain. Saya paling kagum dengan monolog Sang Pangeran saat Ia membuat keputusan yang paling sulit dan ditentang semua pendukungnya.

3. Sinematografi Mantap

Ditilik dari Dramabeans, drakor ini mendapat kucuran dana cukup besar. Selain untuk membayar para pemeran, terlihat jelas dari setting yang ciamik, kostum yang menawan hingga proses editing dan efek CGI yang mumpuni.

Adegan pertempuran dengan para zombi cukup membuat saya sport jantung. Adegan di episode awal khusunya season pertamanya, saat malam hari zombi menyerang tidak terlalu gelap. Penambahan obor mengingatkan Saya akan film kolosal Indonesia jadul dan juga GoT saat bertempur dengan pasukan dari Utara. 

Begitu pula final battle yang terjadi di lingkungan istana pada akhir season 2. Warna pakaian berkabung yang dominan putih, menjadi sangat kontras dengan cipratan merahnya darah dari pedang yang mengenai para zombi.

4. Scoring Elegan

Meski tanpa OST, asli scoringnya mengingatkan saya akan GoT. Syahdu sekaligus mencekam. Keren.

5. Musim Mendatang sangat Dinantikan

Berformat 6 episode per musim, sesungguhnya episode terasa padat dan membuat Saya merasa ingin lebih. Jadi ga sabar mau nonton season berikutnya.

Meski belum ada kejelasan akan musim ketiga, ada satu spin off film berdurasi sekitar satu setengah jam yang berjudul Ashin of the North. Menceritakan tentang latar belakang bunga Keabadian dan kaitannya dengan para petinggi kerajaan.

6. Sarat Akan Makna Kehidupan

Selain sangat menghibur, ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari serial ini. Mulai dari mitologi Korea, hubungan antar keluarga, loyalitas pada negara hingga pesan tersirat yang mengkaitkan antara rasa "lapar" pada zombi dan pada penguasa. 

Zombi yang menyerang mangsanya tanpa pandang bulu tidak lebih buruk dari para penguasa yang melakukan segala cara demi memenuhi ambisinya. Rasa "lapar" atas kekuasaan harus dibayar dengan konsekuensi besar, terutama dikalangan rakyat kecil yang sesungguhnya tidak tahu apa-apa. Related sekali dengan zaman sekarang yah.. Hoahaha

Ohya, Saya kurang merekomendasikan menonton serial ini bareng anak-anak. Sesuai ratingnya, ada banyak adegan yang cukup mengerikan. Teman pembaca sudah pada nonton Kingdom, belum?