Menu Andalan Saat Ramadan

menu-andalan-saat-ramadhan

Day 24 : Resep Andalan Saat Ramadan

Hai Assalamu'alaikum

Selama Ramadan, saya banyak menemukan teman-teman yang curhat sudah kehabisan ide menu berbuka atau sahur. Bisa jadi, karena anggota keluarga memiliki keinginan  yang terlalu variatif dan berbeda kesukaan. 

Untungnya sejak kecil saya ditanamkan prinsip syukuri apa yang ada dan makanan itu hanya ada dua macam : enak dan enak banget! Jadi, saya selalu makan dengan lahap apa saja termasuk saat Ramadhan. Ya, adalah perbedaan selera, misalnya saat saya berada di tempat yang makanannya di dominasi dengan rasa manis, padahal saya penyuka pedas. Tetap bisa dicari solusinya sih, misalnya saya selalu menyetok sambal atau bahkan sekedar cabe rawit sebagai pemejap (bahasa Semendo untuk penyedap) rasa.

Ternyata setelah menikah, suami saya cenderung pemilih dalam soal makan dan itu menurun pula pada anak saya. Ziqri itu termasuk salah seorang bayi yang "langka", dia tidak mau makan bubur. Ia benar-benar tidak suka sesuatu yang bertekstur lembut seperti puree apalagi bubur cair. Semua akan dilelehkannya saja keluar tanpa ada yang ditelan. Bukan  salah teknik menyuapnya ya.. Ibu saya, mertua dan para bibi suami yang gemes pun sudah mencoba menyuapi, dan gagal total. Hoahahaa..

Akhirnya Ziqri makan dengan teknik Baby Led Weaning (BLW) dan ternyata ini sangat cocok dengannya dan saya juga. Sebagai orang yang mengaku kurang jago masak, sebernarnya BLW sangat praktis. Beberapa jenis makanan cukup dipotong seukuran jari (finger food). Selanjutnya, saya harus menyiapkan finger food yang lebih kompleks. Tentunya dengan kearifan lokal. 

Setelah Ziqri berusia setahun, saya tidak memisahkan menu makanannnya dengan lauk sehari-hari yang kami makan. Semakin memudahkan kegiatan memasak saya.

Alhasil, saat Ramadan, saya tidak punya spesial treatment. Apa yang saya masak ya sama saja dengan apa yang saya masak biasanya. Saya tetap berbelanja sekali seminggu dan menyusun food prep sesuai dengan menu protein yang saya beli.

Alhamdulillah, tak'jil pun selama tinggal di Belakang Padang, selalu ada yang memberi. Ada donatur dari Singapura yang setiap tahunnya mengirim sejumlah dana yang akan dimasak bersama oleh sekumpulan Ibu tetangga. Menunya bergantian antara bubur Manado, Bubur kacang hijau atau ketan hitam, kolak pisang atau mie bihun / mie goreng. Setelah itu dibagi-bagikan kepada para tetangga yang dianggap membutuhkan. 

Kami kebagian tujuan awalnnya tentu untuk adik suami yang sudah yatim-piatu sejak remaja. Namun karena porsi yang dikirim lumayan, jadilah kami masih bisa ikutan menikmati. Setelah kedua adik dewasa pun- kami masih dikirimi, setelah ditanyakan langsung kepada yang memasak, ternyata memang donatur tetap menyerahkan kepada keluarga kami.

Nah, jadilah membuat tak'jil kegiatan yang opsional saja. Kadangkala, saya membuat makanan setengah berat seperti soto atau tekwan, pun kalau tidak dimakan persis saat berbuka, biasanya kami santap justru sepulang Taraweh.

Jadi, yang hampir setiap hari wajib saya sediakan adalah minuman manis. Pilihannya tentu yang gampang dibuat. Semudah menyiapkan Teh Manis, Cappucino Cincau, Es Buah, Es Kelapa Muda atau resep andalan saya : Laksamana Mengamuk 

laksamana-mengamuk

Bahan :

  • Mangga matang / kueni, potong dadu 0,5 cm X 0,5 cm
  • Santan kental, didihkan dengan sejumput garam dan daun pandan, jaga jangan sampai pecah pati, bisa juga peras santan / cairkan santan instan dengan air matang.
  • Gula pasir sesuai selera (opsional, jika mangga manis, bisa di skip
  • Es batu / es serut

Cara Membuat :

Campurkan seluruh bahan dan sajikan.

Ohya, sebagai ta'jil hari ini, saya membuat Es Bandrex Dalgona Coffee, bisa disimak di Instagram saya :


Kalau teman-teman pembaca, biasa masak menu apa saja nih, saat Ramadhan?