Mencintai Buah Hati To the Bones, Waspadai Kelainan Tulang Belakang

Penyakit  Kelainan tulang belakang.


Love you, to the bone, bukan hanya sekedar dalam lirik lagu yang dipopulerkan oleh Pamungkas. Bagi orangtua, wajar bila harus memperhatikan putra-putrinya secara harfiah : to the bones

Ziqri, putra sulung saya, saat ini hampir memasuki usia 7 tahun. Sejak lahir, para tetua dalam keluarga sudah memprediksi bahwa Ia akan tumbuh lebih tinggi dibanding teman seusianya. 


Alhamdulillah, secara fisik, pertumbuhan Ziqri masih masuk dalam batas normal, sebagaimana hasil pengukuran tinggi badan yang saya bandingkan dengan chart tinggi badan rata-rata anak dari Ikatan Dokter Indonesia (IDAI). Akan tetap ada beberapa hal yang saya notice dari perawakannya. Bisa jadi, mungkin karena di masa balita dia banyak bermain dengan adik sepupu yang berusia setahunan lebih muda, Ziqri terlihat agak bungkuk. Dan ini mengkhawatirkan saya. 


Pikiran terburuk, saya berusaha mengingat kembali beberapa kelaianan tulang belakang yang pernah saya pelajari di masa sekolah dahulu, diantaranya.


1.      Kifosis


Kelainan pada tulang belakang ini dapat terlihat dari postur tubuh yang bungkuk. Hal ini disebabkan oleh tulang belakang yang melengkung ke depan hingga nampak bungkuk. Bahkan kondisi ini juga dapat menyebabkan tulang belakang terlihat menonjol di punggung.


Penyebab kifosis biasanya adalah tulang keropos, terlalu berat membawa beban, sikap tubuh yang salah, radang sendi, spina bifida, tumor pada tulang belakang, infeksi tulang belakang, kifosis kongenital, penyakit Scheuermann, dan osteoporosis. Kifosis juga bisa menimbulkan rasa sakit pada tulang belakang.


2.      Lordosis


Penderita lordosis memiliki tulang belakang yang melengkung secara berlebihan ke arah depan pada bagian punggung bawah. Kondisi lordosis sering disebut juga dengan istilah swayback dan membuat bokong terlihat lebih menonjol. Tulang belakang normal memang melengkung, tapi pada penderita lordosis lengkungan tersebut terlalu menjorok ke depan.


Tak jarang juga kondisi ini menyebabkan rasa sakit. Kelainan tulang belakang ini bisa disebabkan oleh pergeseran ruas tulang, obesitas, cedera tulang, postur tubuh yang buruk, distrofi otot, osteoporosis, dan diskitis atau peradangan pada ruang antara tulang belakang.


3.      Skoliosis


Dalam kondisi ini, tulang belakang melengkung secara berlebihan ke samping. Kebanyakan kasus skoliosis cenderung ringan, tapi kondisinya dapat memburuk seiring bertambahnya usia. Kelainan tulang ini menyebabkan tulang belakang bengkok dan bisa memicu kelumpuhan atau gangguan fungsi paru-paru.


Masalah ini dikarenakan posisi lekukan tulang belakang yang mampu mengurangi jumlah ruang di dada. Bahkan, salah satu jenis skoliosis yang disebut levoscoliosis menyebabkan tulang belakang bengkok ke sisi kiri tubuh dan menyerupai huruf C.


4.      Spondylosis


Kelainan tulang ini disebut juga sebagai degenerasi tulang belakang yang tidak hanya mempengaruhi tulang belakang tapi juga bantalan tulang dan sendi. Spondylosis atau spondilosis dapat mempengaruhi saraf sekaligus mengganggu pergerakan tulang belakang. Kelainan ini umumnya disebabkan oleh gaya hidup sedentari, obesitas, kebiasaan merokok, dan usia lanjut.


Atlet atau orang yang sering melakukan olahraga melibatkan tekanan berulang pada area punggung bawah seperti angkat beban, sepakbola, dan senam, juga berisiko terkena spondylosis.


5.      Spondylolisthesis


Kondisi ini disebabkan oleh pergeseran tulang belakang (vertebra) dari posisinya karena adanya fraktur stress yang berulang-ulang. Bagian tulang belakang yang rawan terkena spondilolistesis biasanya bagian punggung bawah. Namun, tidak menutup kemungkinan pula bila area belakang leher dan punggung atas terkena kelainan tulang ini.


Menjaga kesehatan tulang sangat penting untuk mendukung beragam aktivitas sehari-hari. Mulai terapkan gaya hidup sehat dan pastikan asupan nutrisi untuk tubuh, khususnya tulang, otot dan sendi, senantiasa terpenuhi.



Memang, saya tidak bisa serta merta melakukan penilaian sendiri. Dalam Minggu ini saya segera mengajaknya menemui dokter anak untuk memperoleh pendapat medis yang lebih valid.


Sementara ini yang bisa saya dan Ziqri lakukan sementara di rumah antara lain :

1. Tetap memantau postur tubuhnya sehari-hari dan segera menegurnya apabila saya rasa Ia terlalu membungkuk. Misalnya saat makan di meja makan atau saat menulis di meja belajar.

2. Memperhatikan asupan gizi makanan khususnya yang kalsium dan protein yang penting bagi pertumbuhan tulang

3. Berolahraga ringan.

Beberapa gerakan sederhana dipercaya bisa memperbaiki postur tubuh, misalnya gerakan rukuk saat shalat, berenang, atau pun senam ringan yang menitik beratkan pada pembentukan postur tubuh.