Ashiap Man : Siapapun Bisa Jadi Superhero

 

Sumber : IMdB

Ahsiap Man

Sinopsis

Seorang pemuda bernama Zulkarnaen (Atta Halilintar) atau yang disapa dengan Zul hidup secara sederhana. Terlahir dari keluarga Minang, ayahnya berjualan Nasi Padang. Zul berusaha membantu perekonomian keluarga dengan menjadi pengantar galon  air isi ulang.

Terinspirasi dari dongeng yang kerap diceritakan sang Ayah (Arswendy Bening) tentang kepahlawanan superhero, Zul berusaha menjadi day to day hero. Ia selalu berbuat baik, diantaranya dengan membersihkan  sampah yang mencemari sungai.

Suatu hari ketika kegiatan rutinnya tersebut direkam oleh kedua sahabatnya Diana (Gritte Agatha) dan Jon (Yudha Keling) serta disaksikan penduduk kampung, Zul menemukan  gadis yang hanyut dalam keadaan tak sadarkan diri.

Gadis tersebut dibawa ke Rumah Singgah yang dikelola sahabat baik Zul sejak kecil lainnya Aisyah (Aurel Hermansyah).  Aisyah dan beberapa orang anak terlantar yang diasuhnya berhasil menolong si gadis misterius nan rupawan.

Kiara (Nasya Marcella), nama gadis yang ditolong tersebut  kecantikannya memikat Zul. Sayang ditengah perjuangannya mengambil hati sang pujaan, terjadi tragedi pilu. Kehadiran  DP (Samuel Rizal), sang preman kampung serta keinginan korporasi menjadikan lahan mereka sebagai apartemen mewah membuat ketenangan hidup mereka semua terancam musnah.

Mampukah Zul menyelamatkan kampungnya? Siapa yang dipilih Zul antara Kiara atau Aisyah?
Sungguhkah bahwa petuah Ayah bahwa "Semua pahlawan ialah orang biasa dan semua orang biasa juga bisa menjadi pahlawan" nyata adanya?

Review

Siapa yang tak kenal Atta Halilintar?

Saya, lebih tepatnya Saya di awal tahun 2018.
Saat itu Saya memang jarang sekali mengikuti acara baik di televisi maupun streaming dari atau tentang public figure Indonesia.

Awalnya Saya yang baru saja menjajaki peran sebagai seorang guru Bahasa Inggris kebingungan, kenapa sebagian besar siswa Madrasah Aliyah tempat saya mengajar selalu menjawab perintah saya dengan jargon "Ahsiaaapp Mem".

Bagi Saya, awalnya mungkin lucu tapi lama kelamaan koq malah jadi annoying. Ini  maksudnya ngeledek apa gimana, mentang-mentang Saya pun masih belajar mengajar karena basicnya bukan guru🤣🤣

Mau ngelarang, tapi koq guru-guru senior cuek saja? Jadilah Saya kepo, pengen tahu, "Ini anak-anak abegeh pada niruin sapa, sih?"

Ulala ternyata, dari sulungnya keluarga Halilintar. Saya pun cuma ingat sekelebat memori, bahwa mereka adalah keluarga yang out of the box . Saya tidak mengikuti sama sekali tentang mereka, pantas saja Saya tidak 'kenal' meskipun saat itu Atta menjadi YouTuber dengan jumlah subscriber terbanyak di Asia Tenggara.

Nah, jadilah saya tergelitik sekali untuk menyaksikan Ashiap Man yang tayang di kanal  menonton langganan Amazon Prime (Prime Video).

Apalagi secara tidak sengaja, beberapa hari sebelumnya Saya sempat menyaksikan Atta diwawancarai oleh suatu channel infotaiment mengenai film ini. Beliau menuturkan bahwa sebenarnya syuting perdana dimulai saat pandemi Covid 19 mulai menyebar di negara lain. Sempat membangun set dan syuting sebentar, dengan terpaksa di stop akibat pembatasan mobilisasi.

Saya salut, selain faktor modal yang  memang kuat, keinginan Atta untuk akhirnya menuntaskan film ini berselang dua tahun kemudian patut diapresiasi.

Debutnya selaku sutradara terbilang lumayan, mungkin karena Ia telah terbiasa syuting untuk konten YouTubenya. Pilihan angle gambar ada beberapa yang menarik, ada yang masih terasa seolah sedang menonton vlog.

Berdurasi 102 menit, pace cerita berjalan cukup cepat dan mulus. Bisa jadi karena naskah ditulis oleh Casandra Massardi yang sudah cukup punya nama di dunia perfilman Indonesia.

Plot-wise memang cenderung klise dengan formula standar film superhero. Bahkan terkesan terlalu banyak  genre, kisah plus motivasi yang ingin disampaikan.

Mulai dari hubungan dengan orangtua, persahabatan, mafia tanah, kejahatan korporasi, politik, kesedihan dan keikhlasan dalam menghadapi kehilangan,  drama cinta segi tiga, komedi, heroisme hingga yang paling ironis adanya adegan dimana Atta selaku Zul berkata bahwa "Tidak boleh menyakiti sesama makhluk hidup, terutama wanita"

Menjadi ironis karena salah satu tokoh utama yaitu Nico yang diperankan oleh Rizki Billar. Sosok yang belum lama ini viral akibat ulahnya yang  diduga melakukan kekerasan verbal dan KDRT pada wanita yang menjadi istrinya, Lesti Kejora.

Saya menduga, himbauan Komisi Penyiaran  Indonesia (KPI) untuk memboikot penampilan pelaku KDRT, turut menjadi faktor yang mendorong film ini langsung dilepas dikanal streaming bukan layar perak.

Padahal menurut Saya film ini layak bersaing dikancah box office Indonesia. Faktor pertama, sejak Atta menikahi Aurel Hermansyah kemudian lahir bayi menggemaskan, Ameena, fanbasenya semakin banyak. Militan pula, besar kemungkinan mereka akan penasaran melihat bagaimana idolanya beraksi.

Kedua, secara kualitas produksi film ini juga lumayan jika dibandingkan dengan film yang menyasar generasi muda lain. Didukung pemeran dari yang senior seperti Suti Karno, Elma Theana, Ferry Irawan, Marcello Landfrant, Nafa Urbach, Samuel Rizal, para Youtuber ternama Indonesia hingga ke generasi Arsy Hermansyah dan adik-adiknya Atta (Saleha berbakat lho). Bertabur cameo pula ada Ahsanty dan Yayan Ruhiyan.

Akting yang disajikan  Atta selaku tokoh utama, cukup mengena. Dia lah sang Ahsiap Man. Baik versi di dunia nyata maupun versi meta yang dimainkannya sebagai persona YouTube yang  diproduksi bersama para sahabat.

Satu-satunya yang menggangu Saya ialah logat Zul yang Minang banget sementara kedua ortunya biasa saja. Tentu tdak ada yang salah dengan menampilkan budaya asli asal Atta, tetapi lazimnya seorang anak akan  terpengaruh dengan logat orang tua ditambah faktor lingkungan. Sementara, meski lokasi kota sebagian besar fiktif, penduduk lain terutama kedua sahabat baik Zul tidak berlogat Minang.

Di sisi lain, pilihan soundtrack yang dipilih justru bernuansa barat. Dimana Atta ngerap dibeberapa bagian.

Ohya, sebagai reviewer yang kerap mengajak anak nonton bareng, film ini memang sudah saya perkirakan akan ada adegan fighting. Tapi yang membuat saya agak kecewa adalah adanya adegan pesta ulang tahun anak-anak yang merasa terhibur dengan adegan perkelahian.

Ya, saya paling keberatan dengan lawakan slapstik. It's a big no ya bagi saya, yang meskipun anak saya sudah cukup paham mana yang fiksi, mengglamorisasi kekerasan, sampai dijadikan sebagai bagian dari hiburan ulang tahun segala sungguh disayangkan.

Jadi, bila hendak mengajak anak nonton bareng, jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahaminya ya.

Saya rasa film ini berhak dapat 3,5 dari 5 bintang.


Edit : Saya membuat review ini sebelum mengecek rating film ini di situs aggregator film manapun. Ternyata kurang memuaskan, di Google bahkan per tanggal 25 November 2022 hanya 3/10. Bagaimanapun buat Saya yang sering meninggalkan film Indonesia ditengah-temgah jalannya cerita, film ini salah satu yang berhasil saya tuntaskan lho.