Ibu, Kakiku Flat Foot

Kakiku flat foot


Assalamu'alaikum


Sebagai seorang Ibu tentunya saya sangat memperhatikan tumbuh kembang anak saya. Saya yakin, para ibu yang lain pun melakukan hal yang serupa secara seoptimal mungkin.

Sejak si bayi lahir diperhatikan dan diamati dari segi motorik-fisik, kognitif, komunikasi-bahasa, dan sosial-emosional.

Biasanya sebagian besar orang tua baru akan concern dari segi fisik apakah pertambahan berat badan, lingkar kepala dan tinggi badannya sesuai dengan kurva grafik KMS.

Sebagian lain turut memberikan stimulasi untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif serta motoriknya dari yang kasar hingga motorik halus.

Menurut saya, ada satu hal lagi yang perlu kita cermati yaitu faktor genetik. Warisan yang kita berikan kepada anak-anak kita. Apakah kita dan suami memiliki suatu penyakit atau kelainan yang bisa diturunkan kepada anak-anak kita. Bila kita sudah mengetahuinya sebenarnya lebih baik untuk menjadi waspada.

Kita bisa berkonsultasi dengan dokter sejak tahap merencanakan kehamilan. Biasanya dokter akan menanyakan hingga silsilah keluarga. Penting, mengingat faktor yang resesif sehingga tidak nampak di kita namun bisa saja kita turunkan kepada anak-anak kita kelak.

Saya sendiri memiliki alergi khususnya eksim dan salah satu kondisi bawaan yang saat ini dikenal dengan nama flat foot atau kaki rata.

Apa Flat Foot Itu?

Sederhananya flat foot adalah ketika kita sedang berdiri maka hampir semua permukaan telapak kaki akan menyentuh lantai. Sedangkan normalnya seharusnya terdapat lengkungan di bagian dalam telapak kaki.

Pemeriksaan paling mudah ialah dengan cara mencelupkan kaki kita di air kemudian mengecapkannya ke lantai terutama yang terbuat dari semen ya sehingga terlihat siluet telapak kaki.

Ada penderita flat foot maka akan nampak bentuk bayangan kaki yang seperti di bawah bagian kanan, sedangkan seharusnya normalnya bentuknya seperti di bawah ini :



Faktor Penyebab Flat Foot

Sejak lahir bayi normalnya memang masih memiliki permukaan telapak kaki yang datar. Lengkungan ini akan tumbuh seiring dengan perkembangan kemampuan motorik bayi.

Diawali pada masa ia merangkak di mana ia lebih banyak memanfaatkan kakinya dan otot-otot untuk menggerakkan tubuh bagian bawah.
Dari apa yang saya baca benar bahwa bayi yang merangkak memiliki kemampuan untuk menentukan arah atau spasial yang lebih baik dibandingkan bayi yang tidak merangkak.

Namun tidak semua bayi melewati fase merangkak ini ada yang langsung melompat ke masa mulai belajar berjalan. Caranya pun berbeda-beda, ada yang belajar berdiri atau ada yang langsung minta bantuan untuk dititah alias melangkah dengan bantuan.

Perbedaan satu dan lain hal inilah yang mungkin menjadi penyebab kurang berkembangnya lengkungan kaki pada masa tersebut.

Ada juga yang ternyata pertumbuhan tulang kaki yang tidak normal sejak lahir.

Ketika dewasa, flat foot dapat terjadi apabila terdapat cedera yang langsung mengenai kaki atau faktor pertambahan usia dan penyakit seperti misalnya rematik.

Bagaimana  Mengetahui Kalau Kaki Anak Flat Foot?

Selain dari melihat cetakan kakinya, dokter Spesialis Anak biasanya akan melakukan pemeriksaan morfologis kaki. Saya masih ingat benar selain memeriksa bentuk telapak kaki saya, dokter anak meminta saya untuk berjalan yang lurus bolak-balik dan melakukan beberapa sikap sederhana misalnya pose pesawat terbang.

Akhirnya diketahui saya termasuk flat foot yang masih fleksibel.

Di zaman sekarang mungkin bisa dilakukan melalui rontgen bahkan hingga mengambil pencitraan kaki atau MRI untuk memastikan apakah flat foot rigid akibat bawaan lahir.

Kita pun sebagai orang tua bisa mencurigai beberapa gejala yang timbul pada anak terutama Berdasarkan pengalaman pribadi, apa yang saya alami yaitu:

1. Lambat Berjalan

Saya baru bisa berjalan dengan lancar di usia 17 bulan Sementara redflag anak-anak bisa berjalan itu adalah di usia 18 bulan.

2. Tubuh Terasa Tidak Seimbang

Sering terdapat luka atau memar terutama di bagian lutut dan kaki. Penyebabnya antara lain terbentur peralatan rumah seperti ujung meja atau pintu.

3. Sering Jatuh Tanpa Alasan Yang Jelas

Berkaitan dengan ketidakseimbangan tubuh, berjalan lurus pun bisa-bisa tiba-tiba terjatuh tanpa alasan.

4. Merasakan Nyeri yang Sangat Hebat 

Terutama setelah lama berdiri atau berjalan jauh. Sakit di sini bukan sekedar pegal ya tapi nyeri yang bisa membuat saya nangis. Bila anak kita belum bisa berkomunikasi secara lancar biasanya ia akan rewel dan tantrum terutama saat habis berjalan jauh.
Sayangnya, orang tua kerap menggeneralisasi sebaga kelelahan saja.

5. Suka Berjalan Menjinjit

Sejak bisa berjalan, saya sering menjinjit. Apa yang semula dianggap lucu oleh orang dewasa ternyata disebabkan oleh ketidaknyamanan saya ketika menapakkan kaki. Sayangnya, sebagai anak kecil, saya pun belum mampu mengkomunikasikannya.

Apa Yang Harus Dilakukan Bila Anak Dicurigai Flat Foot?

1. Ke Dokter Anak

Dokter akan memeriksa kaki anak. Pemeriksaan lanjutan mungkin diperlukan untuk menentukan apakah flat foot disebabkan oleh masalah ditulang kaki. Saya sendiri baru terdiagnosa di usia 6 tahun.

2. Ke Ahli Terapi / Fisioterapis

Bisa atas rujukan dokter anak. Nantinya akan dilatih serangkaian gerakan tertentu yang akan memudahkan gerakan anak.

Saya sendiri dahulu dianjurkan untuk melakukan tiga kegiatan ini:
- menulis nama dengan jari kaki
- menjepit benda kecil seperti pensil dari lantai
- berjalan di titian atau garis lurus imajiner.

3. Menetapkan Kegiatan Home Education yang Sesuai

Kegiatan bermain sebaiknya mengakomodir apa yang disarankan terapis. Plus tidak terlalu membebani kaki.

4. Berkonsultasi Dengan Ahli Gizi

Ini sebenarnya opsional, orang tua pun sebaiknya bisa memerhatikan asupan harian setiap anak. Pastikan anak mendapatkn asupan nutrisi berimbang.

Berdasarkan pengalaman, sebagai anak dengan flat foot, saya lebih sedikit berjalan dan malas bergerak. Ditambah supply makanan yang unlimited, bobot tubuh saya cenderung lebih besar dibanding anak-anak seusia saya. Nah, bobot badan berlebih ini akan semakin menekan tulang kaki ketika harus menopang tubuh.



Setelah rutin menjalankan saran dokter dan memiliki berat badan cukup ideal, kaki saya cukup ada lengkungannya. Alhamdulillah hingga kini saya cukup jarang mengalami sakit kaki lagi.

Jadi, para ibu khususnya mom blogger yang membaca tulisan ini, jangan cemas bila ternyata anak kita mengalami flat foot ya.. Tidak selamanya akan mengganggu kemampuan berjalan. Pun dengan terapi yang tepat, tetap bisa berjalan dengan normal.