Ailurofil : Review Teenlit Favorit

 


Judul Buku : Ailurofil
Pengarang : Triani Retno A.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2016
Tebal : 184 halaman
ISBN : 978-602-03-2547-7

Blurpp :

Ailurofil ialah orang yang sangat tertarik pada Kucing

Nasya Aurelia sangat suka kucing. Ia bercita-cita ingin memiliki catshop, lengkap dengan salon kucing, hotel kucing, klinik kucing, hingga panti asuhan dan kursus kuicing. Tapi Nasya bingung, di kampus mana ia harus kuliah agar cita-cita itu terwujud. Tidak ada satupun kampus yang menyediakan fakultas ilmu kucing. Gimana dong?

Namun, masalah kuliah itu belum seberapa dibanding kegalauannya. Sekian lama naksir diam-diam dan akhirnya jadian, Nasya baru menyadari bahwa Rio --cowok yang paling keren di sekolah ternyata benci banget sama kucing. Masa iya harus mutusin cowok demi kucing?

Hingga suatu saat sahabatnya, Alvin, menyodorkan ide brilian yang bikin mata dan pikiran Nasya terbuka.

Review :

Kalau ditanya, genre buku favorit saya adalah  misteri, fiksi ilmiah dan romansa. Spesifik untuk romansa, saya malah kurang suka yang terlalu dewasa seperti Harlequin atau Chicklit
Pilihan saya cenderung ke teenlit. Nah, Ailurofil ialah  salah satu judul buku teenlit favorit saya yang paling memorable.
 
Dari awal pertama kali melihat cover depannya, saya jatuh hati dengan ilustrasinya yang cute. Setelah membalik ke sampul belakangnya Saya semakin tersentak, bahwa ada nama khusus yang disematkan bagi para pecinta kucing : Ailurofili. Sebuah istilah terdengar indah, bukan?

Ternyata memang pengarangnya  juga sangat menyukai kucing. Pantas saja tokoh Nasya serasa sangat dekat dengan keseharian saya. 
Mengikuti kisah Nasya seolah-olah mengisahkan sebagian penggambaran dari diri saya sendiri. Banyak sekali kesamaan kami , selain nama panggilan saya juga Nisa ( -wkwkwk sa' ae cucokloginya ye kan..🤣).   

Dari bab pembuka yang berjudul "Astaga Candy", Saya jadi flashback ke masa sekolah menengah dulu. Seekor kucing yang kami pelihara, memiliki kebiasaan yang unik. Mpus begitu biasa kami memanggilnya, paling senang tidur di samping magic com Nasi. Meski sebenarnya sudah diberi tempat tidur a la kadarnya di bagian belakang rumah. Ia selalu diam-diam pindah saat tengah malam karena menyukai kehangatannya.

Suatu ketika, Mpus memang kelihatan lebih nafsu makan daripada biasanya, tetapi badannya tidak menggemuk. Yang membuat saya histeris di suatu pagi, ternyata Mpus hamil dan melahirkan tepat di atas kasur saya. Mungkin Ia mencari kehangatan yang lebih ketika hendak melahirkan. Sayangnya Anaknya cuman seekor dan still birth.

Selain kejadian kurang menyenangkan tadi, banyak sekali memori yang tercipta bersama kucing-kucing yang saya dan adik pelihara. Kalau dipikir-pikir, memelihara kucing membuat kami mendapatkan kebahagiaan dan banyak keberuntungan.

Nasya pun mengalaminya, ketika Ia terlambat ke sekolah akibat membereskan kasur setelah kelahiran anak-anak Candy. Ternyata Rio juga telat. Mereka bisa menjadi lebih dekat, bahkan jadian.

Kesamaan lainnya, Nasya suka warna pink, membaca dan menulis di blog, serta mempunyai sahabat cowok bernama Alvin. Saya pun di masa sekolah selalu bersahabat dengan cowok karena lebih seru saja.

Gemasnya lagi meski cerita ini masuk dalam kategori teenlit, yang identik dengan cerita yang ringan, Kisahnya memang tak sekedar berfokus pada percintaan remaja.

Nasya baru mengenal kisah cinta pertama bersama Rio -seorang cowok paling keren di sekolah.  Hebatnya, setelah konflik yang terbangun dengan baik Nasya berani mengambil sikap memilih kucing-kucingnya dibanding Rio.

"Cowok sekeren dan sepinter apapun, kalau jahat sama kucing dan malah pengen membuang mereka bagiku 0 besar. "
Nasya, Halaman 142

Hal lain yang saya sukai ialah Nasya tidak membedakan kucing berdasarkan rasnya. Bahkan ia nekat di tengah hujan lebat, berani menolong seekor kucing yang terdampar di sebuah pinggir selokan.

Dan bagi Nasya, kucing bukan cuma kucing. Ia adalah makhluk hidup yang harus disayangi dan diselamatkan. Nasya juga suka berkunjung ke pameran kucing untuk berinteraksi dengan mahkluk menggemaskan ini sekaligus para pemiliknya.

Ohya, kesamaan yang benar-benar ulti, ternyata Nasya juga bisa menyetir mobil. Tapi karena Ayah kandungnya meninggal dalam suatu kecelakaan tragis, 11 tahun yang lalu, ia tidak berani mengendarainya di jalan raya. Ini tuh, saya banget, saya bisa mengendarai mobil manual dan motor yang matic, tetapi kalau untuk mengendarai di jalan raya nanti dulu Hoahaha. Saya sadar diri akan kemampuan saya.

Nilai plus lain yang saya sukai dari buku ini ialah layout halamannya yang dipenuhi oleh cat pow, cute banget. Serta banyak sekali memberikan informasi trivia mengenai kucing.

“Kucing yang memilih manusia, bukan manusia yang memilih kucing. Semua pecinta kucing tahu tentang itu. Kalau Jackie memilih kamu, pasti karena kamu istimewa.” Danu halaman

Pesan moral yang diberikan dapat banget tanpa terkesan menggurui. Bahwa bagi remaja sedang dalam masa pencarian jati diri, galau akan masa depan itu wajar. Tapi kita harus berani menentukan sikap dan tidak gampang menyerah.
“Banyak orang sukses bukan karena pernah kuliah di mana tapi karena minatnya.” Kang Ronnie, halaman 122
Passion ,kalau kamu suka, kamu akan sangat menikmati. Kalau kamu menikmatinya hasilnya juga akan bagus.” Papi Elwin, halaman 155-156

Secara keseluruhan buku ini enak dibaca. Kualitas kertasnya bagus, jenis dan ukuran fontnya nyaman. Dari segi bahasa, unsur jenakanya dapat, dengan pilihan jokes yang masih bisa dinikmati meski sudah berapa tahun berlalu sejak peluncuran bukunya.
Editingnya jempolan. Tak ada typo apalagi plot hole.  Hampir semua tokoh mendapatkan porsi yang pas.

Kudos untuk pengarangnya mbak Triani Retno A. Seorang rekan blogger yang multitalenta. Selain sibuk sebagai seorang penulis buku dan menjadi ghostwiter, beliau juga merangkap seorang editor freelancer dan sosial media influencer.

Last but not least, Ailurofil akan saya beri lima bintang di akun Goodreads saya