Cara Saya Mendukung Sustainability
Hari 14 temanya adalah cara blogger mendukung sustainability
Wah hari ini temanya menarik banget. Saya memandangnya sebagai gimana nih, saya sebagai seorang blogger bisa berpartisipasi dalam keberlanjutan dunia.
Tentunya sebelum berbicara hal-hal yang besat seperti pembangunan yang sustainable, yang paling elok ialah di tataran individu.
Bila setiap orang, masing-masingnya telah berupaya untuk menjaga keberlangsungan alam dan menciptakan kehidupan yang lebih baik, saya yakin tidak ada yang perlu dikhawatirkan di masa depan.
Sayangnya hal ini terasa masih begitu utopis. Apa Lagi -sebelumnya mohon maaf- bagi kita orang Indonesia. Kita sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara berkembang apalagi negara maju lain yang sudah lebih disiplin.
Penyebabnya ada banyak faktor mulai dari alasan sudah terbiasa dari dulu, ketidaktahuan atau yang paling parah ialah sikap ketidakpedulian.
Misalnya seperti yang saya bahas di postingan saya yang kemarin, banyak yang menyepelekan dalam masalah sampah. Boro-boro untuk mengelola sampah dan limbah rumah tangga, tetapi sampai pada setakat membuang sampah saja, banyak yang dengan cuek di sembarang tempat. Ketika timbul efek yang diakibatkan, misalnya banjir atau musibah lain barulah saling menyalahkan.
Lagi-lagi yang disalahkan banyak pemerintah atau regulasi yang belum optimal. Padahal sebenarnya kita bisa berbenah dari diri kita sendiri.
Sebagai individu, saya pun menyadari bahwa saya sangat jauh dari kata bisa dicontoh sebagai pegiat di bidang sustainable. Namun setidaknya, Saya selalu berusaha dan menanamkan hal-hal positif tersebut kepada generasi selanjutnya, dimulai dari anak-anak saya.
Media blog juga memungkinkan saya untuk sharing hal apa yang bisa membawa dampak positif bagi keberlanjutan lingkungan hidup yang baik. Harapannya mungkin bisa memberi insight atau menginspirasi teman-teman pembaca lainnya.
Berapa hal kecil yang sudah saya lakukan dalam berupaya mendukung sustainability
Menghindari Perilaku Konsumtif
Ini bukan sekedar perkara budgeting. Menentukan skala prioritas kebutuhan kita ternyata memiliki dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup dan lingkungan.
Sebisa mungkin pastikan kita sudah memilah dan memilih antara yang merupakan kebutuhan atau sekedar hanya keinginan. Sehingga ketika kita menghindari perilaku konsumtif, kita telah menghemat sumber daya alam.
Berusaha Memilih Suatu Produk atau Jasa Berdasarkan Value yang Ditawarkan.
Media sosial saat ini telah berkembang dengan sangat pesat. Satu dampak yang sangat saya rasakan ialah kita sebagai konsumen bisa mencari tahu lebih jauh mengenai suatu produk yang ingin kita gunakan.
Melalui sosial media, kita dengan mudah dapat mengakses company profile. Kita bisa mencari tahu, bagaimana cara pandang mereka terhadap lingkungan, terlihat dari proses produksi, saran atau campaign apa yang mereka dukung, bahkan bagaimana mereka mengelola limbah yang mereka hasilkan.
Nah, ini bisa menjadi pertimbangan bagi kita saat memilih produk yang kita gunakan. Saya sendiri sebisa mungkin mengutamakan menggunakan produk yang memiliki visi bagi lingkungan.
Misalnya saya adalah pengguna setia perawatan tubuh dan make up dari The Body Shop. Meski dari segi harga terasa sedikit lebih mahal tetapi ketika menggunakannya Saya yakin bahwa produk yang saya gunakan itu free animal cruelty, mereka juga menerima kembali kemasan untuk daur ulang, dan lain sebaginya.
Tidak Mudah Terpengaruh Trend.
Salah satu value yang saya dapatkan dari orang tua saya ialah berusaha membeli sesuatu itu yang memang sebisa mungkin everlasting. Lagi lagi, akan terasa lebih mahal tetapi karena barang tersebut lebih mahal tetapi karena lebih awet jatuhnya ya lebih hemat dibanding dengan sedikit-sedikit harus beli baru.
Meski belum sepenuhnya menerapkan gaya hidup minimalis yang cenderung monokrom gitu Saya sudah lama meninggalkan pola hidup fast fashion.
saya cenderung membeli pakaian dengan warna yang basic sehingga mudah dipadu padankan ataupun kalau memang lebih colorful saya memastikan bahwa jenis bahan dan daya pakai atau durability-nya itu lama.
Ambil contoh pakaian yang dikenakan anak saya. Meski jenama bukan berasal dari jenama yang terkenal apalagi high end, saya memastikan kualitas baju tersebut minimal memenuhi standar nasional Indonesia (SNi). Karena biasanya anak kecil itu cepat besar, memang hampir semua pakaian anak saya bisa diberikan kepada adiknya, sepupu atau orang lain yang membutuhkan.
Membeli Sesuatu Secara Offline dibanding Online
Sejujurnya hal ini yang paling sulit saya lakukan. Tinggal di lokasi yang terpencil banyak hal yang menjadi kebutuhan saya tetapi tidak dapat saya temukan di kota saya.
Sehingga secara mau tidak mau saya terpaksa membelinya secara online. Padahal kalau boleh jujur membeli secara online itu meninggalkan jejak karbon yang sangat banyak. Mulai dari kemasan yang berlapis-lapis biasanya terbuat dari plastik pengaman kemudian dikirim dengan jasa ekspedisi yang pastinya menggunakan bahan bakar.
Jadi semisal mungkin kalau memang membeli secara online pun memiliki promo yang lebih banyak
Berusaha Meminimalisir Jejak karbon
Jejak karbon ialah jumlah karbon yang dihasilkan saat kita melakukan aktivitas tertentu dalam suatu kurun waktu.
Selain mengurangi belanja daring, hal terkecil yang bisa saya lakukan ialah semaksimal mungkin saya selalu berjalan kaki. Hari ini sangat cocok ketika saya tinggal di belakang padang yang kemana-mana masih bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Sayangnya bagi sebagian orang kebiasaan ini malah dianggap aneh. Tak ayang ketika saya sedang berjalan kaki banyak sekali kenalan yang bersepeda motor menawari saya tumpangan.
Padahal, saya memang senang berjalan dan meski orang tua memiliki kendaraan pribadi, dari kecil saya memang dibiasakan sharing kendaraan atau naik kendaraan umum.
Mengurangi Pemakaian Barang Sekali Pakai
Gunakan kain lap dibanding tisu, pakai sedotan baja, sumpit plastik dan kurangi pemakaian kertas serta bawa selalu air minum dalam botol dari rumah.
Bijak Menggunakan Sumber Energi
Hemat pemakaian listrik, air dan lain sebagainya.
Posting Komentar