Hidup Dalam Bayangan Diabetes Melitus



Hai assalamualaikum

Topik hari ini ialah diabetes melitus anak.

Sesuatu yang sangat related dengan saya. Dari pihak ibu saya, Oma, begitu saya biasa memanggil nenek perempuan, ibu dan kedua orang saudara perempuannya semuanya terdiagnosa di usia senja. Sementara dari pihak ayah, adik perempuan kandung Ayah justru berpulang gara-gara Diabetes Melitus yang sudah komplikasi dan tak terkendali.

Jadi, dari saya kecil istilah Diabetes Melitus  atau yang sering disebut masyarakat awam sebagai  kencing manis, sudah sangat akrab. Seolah-olah ada sesuatu yang membayangi jalan hidup saya di kemudian hari.

Kedua orang tua saya juga sangat concern tentang hal ini. Terutama ibu saya juga seorang tenaga medis. Sejak kecil, ibu dan saya telah melakukan pembicaraan dari hati ke hati mengenai penyakit yang saat itu baru mendera Oma saja. Kebetulan sejak Saya berusia 5 tahun, Oma memang tinggal bersama kami di Pekanbaru.

Ibu saya menjelaskan bahwa Diabetes Melitus itu terjadi apabila ada penurunan kadar insulin dalam tubuh. Ketiadaan atau sedikitnya hormon tersebut menyebabkan tidak dapat membantu menekan gula darah sehingga terjadi lonjakan gula darah yang sangat tinggi terutama pada saat kita sehabis makan.

Ibu saya juga memberikan pengarahan bagaimana saya harus ikut membantu Oma dalam keseharian terutama mencegah Oma saya agar tidak mengalami luka. Karena Oma pernah terluka sedikit di bagian jempol kakinya dan itu nyaris saja infeksi. 

Di samping itu saya juga sering membantu ibu menyiapkan menu yang sedikit berbeda untuk Oma. Memang sebagai seorang Budisht yang taat, Oma saya juga tidak mengkonsumsi makanan hewani, selain itu dietnya juga menghindari segala sesuatu yang berkadar gula tinggi.

Selama 7 tahun berikutnya bisa dikatakan Oma hidup dengan relatif sehat. Meski berusia di atas 70 tahun, Ia masih energik hingga menjelang kepergiannya untuk selamanya. Oh ya, Oma tidak sampai harus menerima injeksi insulin harian. Ia cukup mengonsumsi multivitamin dan sesekali meminum obat yang bisa mengontrol gula darah apabila pada saat diperiksa gula darahnya cukup tinggi.

Dari sana sebenarnya saya cukup memiliki harapan yang besar, bahwa apabila saya terkena diabetes melitus di masa yang akan datang, bila masih bisa di manage dengan baik maka harapan hidup pun tetap baik.

Sayangnya ketakutan tersebut kembali muncul ketika ibung atau adik perempuan dari ayah saya mengalami komplikasi yang serius akibat penyakit Diabetes Melitus yang dideritanya. Saat itu Ibung alias tante saya masih berusia cukup mudah yaitu di awal 40 tahun.

Bahkan tak lama kemudian ketika keluarga kami pindah ke Tanjung Balai Karimun, ada salah seorang cucu dari kenalan baru kedua orang tua saya yang telah mengidap Diabetes Melitus sejak masih kanak-kanak.

Paradigma saya kembali sedikit bergeser bahwa tidak selamanya Diabetes Melitus hanya akan menyerang orang yang telah cukup usia. Ternyata ada jenis Diabetes Melitus yang bisa menyerang anak-anak atau orang yang masih muda.

Dikenal dengan nama Diabetes Melitus tipe satu. Penyebabnya antara lain adalah faktor bawaan di mana pankreas tidak bisa memproduksi insulin lagi sama sekali sehingga setiap harinya anak-anak yang terkena Diabetes Melitus tipe 1 harus menerima injeksi insulin.

Ketika memahami hal tersebut saya sudah remaja. Barulah saya menyadari bahwa selama ini meskipun tidak terlalu terang-terangan, sebenarnya orang tua saya telah melakukan beberapa tindakan preventif terhadap Diabetes Melitus kepada saya dan adik yaitu diantaranya:

1. Memberikan Edukasi

Sebagaimana yang telah saya ulas sedikit di atas, sedari dini kami diberikan pemahaman mengenai diabetes melitus dan faktor risiko yang kami miliki sebagai keturunan penderita. 

Dengan cara tersebut tentunya ucapkan saya dan adik dapat membuat pilihan yang lebih bijak akan gaya hidup terutama pola makan yang akan kami lakukan. 

Meski tidak terang-terangan mengatakan bahwa kami berdiet, tapi memang orang tua saya menanamkan nilai-nilai yang cukup baik mengenai makanan misalnya ambil makan dalam porsi secukupnya kemudian harus dihabiskan agar tidak mubazir.

2. Memilih menu yang lebih sehat

Kedua orang tua saya selalu mencontohkan kepada kami anak-anaknya untuk berusaha memilih menu yang lebih sehat. Misalnya di rumah favorit ialah pindang serani di mana bumbunya tidak perlu ditumis, cukup diceburkan saja ke dalam air yang sudah mendidih. Begitupun untuk sayur-mayur kesukaan kami ialah di lalap mentah atau direbus sejenak. 

Ayah saya malah tidak suka ngemil sama sekali sementara saya ibu dan adik masih sering ngemil. Nah pemilihan cemilan ini pun dilakukan dengan selektif Ibu saya sebagian besar membuat cemilan sendiri bagi kami di usia kanak-kanak. Bisa mungkin mereka pun selalu menyediakan stok buah-buahan dalam porsi yang cukup lumayan di rumah.

Bukannya kami tidak boleh untuk makan snack yang manis. Apalagi adik saya yang hanya mau makan roti bakery, tetapi tetap diberikan pemahaman bahwa makanlah dengan secukupnya dan bijaksana.

Saya sendiri yang memutuskan stop minum minuman yang manis di usia 12 tahun. Minuman yang manis di sini maksudnya ialah membuat teh manis atau dengan sengaja memesan minuman kemasan. Kecuali apabila Saya sedang bertamu, agar tidak menyinggung perasaan tuan rumah maka saya tetap akan meminum apapun yang sedang disuguhkan tersebut. Atau sesekali sebagai reward saya masih suka makan es krim.

3. Mengajak Berolahraga

SSebisa mungkin kami di fasilitasi untuk melakukan kegiatan olahraga. Disediakan sepatu olahraga, raket bulutangkis, diajak ke lapangan tenis atau berenang bahkan ayah bersedia  menunggui pada saat saya melakukan jogging di  wilayah yang sedang hits di Pekanbaru.

Selain itu karena tidak ada saudara laki-laki, Ayah kerap mengajak kami melakukan perjalanan ke kebun kemudian memetik buah-buahan dan sayuran sendiri, bantu memperbaiki rumah, menguras akuarium dan aneka aktivitas fisik lainnya yang membuat kami selalu tetap aktif bergerak. Ternyata hal tersebut memang sangat baik selain meningkatkan bonding antar ayah dan anak, banyak bergerak juga membuat metabolisme optimal.

4. Mengatur jadwal tidur

Orang tua saya memang cukup ketat soal jadwal tidur ini. Ternyata sedikit banyak memang cukup tidur sangat berpengaruh untuk kesehatan. Terutama untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. 

5. Mengajari pola hidup sehat

Dari diri kami ditanamkan untuk disiplin terutama yang berkaitan dengan kesehatan. Rutin mandi dua kali sehari, sikat gigi, cuci tangan sebelum makan dan sebelum tidur, hal-hal yang mungkin di sebagian keluarga dianggap remeh tetapi ternyata memang mempunyai dampak yang sangat besar untuk kesehatan.

 ❤️❤️❤️❤️❤️

Demikianlah sedikit sharing saya mengenai apa yang sudah dijalankan oleh keluarga saya ketika hidup berdampingan dengan diabetes melitus. Benar, ibu saya pun pada akhirnya terkena diabetes melitus di usia 50-an, tapi masih dapat dikelola dengan baik. Saya sendiri saat hingga saat ini cukup rutin periksa gula darah dan sejauh sih masih normal-normal saja. Bila pada akhirnya qodrullah memang saya terkena juga, saya bertekad menjalani kehidupan saya dengan sebaik-baiknya.