Perkenalkan namaku, Aisyah!

Perkenalkan namaku, Aisyah!


Annisakih.com Bukan rahasia lagi di kalangan keluarga terdekat, bahwa saya - dan suami - berencana memberi nama anak kedua kami kelak Aisyah, tentunya bila berjenis kelamin wanita. 

"'kan, pamali, anaknya aja belum di proses"
Barangkali ada yang ngoment dalam hati? 

Ya gapapa sih, soalnya kami punya alasan sendiri. Untuk anak seusia Ziqri, sulit memahami sesuatu yang bersifat abstrak. Misalnya bila saya jelaskan, bahwa dia sudah tidak boleh menyusu, karena sudah lewat usianya, maka Ia akan mencecar saya dengan pertanyaan "kenapa?" 

Jawaban saya (yang menurut saya bisa dipahaminya) adalah "Nanti ASI-nya buat adik Ziqri". Sebenarnya Ziqri sudah paham konsep hamil, melahirkan dan punya adik baru setelah menyaksikan proses kehamilan uwaknya dan dalam keluarga besar Ayahnya ada 3 sepupu berjarak usia dekat. Tapi untuk jawaban saya tadi, justru membuatnya kebingunan : "Adik siapa?" Kalau saya jawab, "Adiknya Ziqri nantilah".. dia akan semakin menyecar dengan pertanyaan lain semacam "Mana adiknya?" Dan "Siapa namanya?"

Akhirnya saya dan Mamase sepakat menamai saja tokoh sang adik, sehingga kami bisa lebih gampang menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan adiknya kelak. Misalnya menggunakan contoh tetangga depan rumah yang memiliki anak sepasang, abangnya kelas 3 SD dan adiknya baru berusia 1,5 tahun."Nanti, Ziqri seperti abang D ya,, pandai sekali menjaga adik Aisyah".
Sayangnya, kemarin sore tiba-tiba saya terkejut saat menyaksikan berita. Seorang wanita warga negara Indonesia diduga terlibat kasus pembunuhan saudara tiri penguasa Korea Utara! Mamase yang entah bagaimana ternyata sudah nonton di belakang saya langsung nyeletuk :
"Waduh, habis ini jadi susah nih, kalo bernama Aisyah di paspor Indonesia terus mau main ke Malaysia, apalagi Singapura"

Eh? Apa iya? 

Saya ga yakin sih sebenarnya. Entah ini pendapat Mamase aja atau bagaimana. Beberapa kali ke Singapura, mamase sudah em.. beberapa kali juga dipanggil ke dalam ruang interograsi. Saya sering menertawakannya! Mungkin karena namanya yang asli hanya satu kata atau karena digeneralisasi penduduk Kepulauan Riau lazim menyebrang dalam tempo satu bulan demi mencari perkerjaan atau stylenya yang dianggap mau jadi TKI tadi! Hoahahahaha! Sementara saya seumur-umur belum pernah bermasalah dengan petugas imigrasi kedua negara tersebut. Mungkin karena penampilan saya yang layaknya turis (kece! Caileeee) pada umumnya.

Sejujurnya, bila hal ini benarpun saya jadi sedih juga. Demi meminimalisir efek domino yang mungkin timbul, masa' iya kami harus mencari alternatif nama baru? Nama Aisyah sudah terlanjur akrab bagi kami. Saya -dan Mamase- sudah terbiasa dengan nama itu.. Untuk membahasakannya dengan Ziqri, untuk menyelipkan namanya dalam do'a saya (dan mungkin do'a Mamase juga? Saya ga berani tanya, nanti semakin kuciwa) 

Kembali ke kasus, analisa abalabil saya dek Aisyah ini (mungkin di perdaya atau minimal diming-imingi) akan diajak syuting sebagai talent yang mengerjai orang lain, contohnya di acara "Just for Laugh Gags", semacam komedi prank mirip Spontan di masa lalu. Sempat beredar iklannya bahwa akan ada versi Asia dan syutingnya akan berlangsung di Singapura.

Harapan saya semoga dek Aisyah mendapat pendampingan hukum dari KBRI agar kasusnya semakin jelas. Saya ga mau ngebahas aspek hukumnya, karena meskipun seharusnya ini sesuai latar belakang pendidikan saya, saya akui pengetahuan hukum internasional saya abalabil sekali. Masih banyak ahli hukum lain yang lebih mumpuni. 

Yah, sekian dulu postingan galau ini. Fix deh saya pindahin diary saya ke blog ini. Hoahahaha..