Secangkir Memori Bersama #KapalApiPunyaCerita
Saya baru merasakan kalau waktu itu bagai mengejar ekor layang-layang yang putus. Sampai napas ini hampir habis, belum tentu dia mau mampir di tangkapan kita. Hari seperti berlari, pekan sudah berganti. Bulan berlalu tanpa terasa dan tahun demi tahun membawa saya ke usia dewasa. Kini, saya sudah menikah dan tak lagi tinggal bersama Ayah dan Ibu, kedua orang tua saya.
Meski Belakangpadang, --tempat tinggal saya sekarang-- dan Tanjung Balai Karimun --rumah orang tua-- hanya berjarak 1,5 jam perjalanan mengarungi lautan, saya tetap tak bisa setiap saat pulang. Ada sebentuk kewajiban baru yang membuat saya hanya bisa sesekali menatap wajah keduanya dari kecanggihan layar telepon pintar. Bertukar kabar sambil diselingi celoteh Ziqri, anak saya, menjawab pertanyaan Opapa dan Omamanya.
Baca juga : Impian Opa
Rasa kangen semakin bertambah di musim penghujan seperti sekarang. Rintik hujan selalu berhasil membawa kenangan masa kecil. Kenangan kenakalan saya dan adik yang selalu menguji kesabaran Ibu dan Ayah. Juga berjuta kenangan indah. Salah satunya Ibu dan Ayah yang kerap menjadikan kisah hidup mereka sebagai pengganti dongeng sebelum tidur bagi kami, anak-anaknya.
Baca juga : Hujan di Belakangpadang
Teringat sepenggal kisah ayah. Semasa sekolah dasar, Ia harus berjuang menebas hutan di lereng Gunung Tanggamus, Lampung Selatan. Bersama saudara lelakinya membabat rimbunan hutan belantara Sumatera, demi membuka lahan untuk ditanami biji kopi.
Iya, Nineng -begitu panggilan kami untuk Kakek- saya ialah seorang petani kawe alias kopi. Dari penjualan kopi, ayah bisa melanjutkan sekolah menengah hingga sarjana di ibukota.
Bisa ditebak, kopi menjadi nadi keluarga. Hampir seluruh anggota keluarga adalah penikmat kopi yang setia. Secangkir untuk sarapan, secangkir di kala petang, dan kadang masih ditambah secangkir lagi untuk melewati malam.
Meski kerap berpindah kota, stok bubuk kopi tetap tersedia di rumah. Biasanya setiap mudik kami selalu membawa banyak, sekalian untuk oleh-oleh. Ada juga hasil kiriman sanak saudara.
Sayangnya, jumlahnya tak sebanding juga. Selaras dengan kehidupan penduduk tempat kami berdomisili sebelumnya, Pekanbaru, Riau dan sekarang di Provinsi Kepulauan Riau, yang gemar ngopi baik pagi maupun malam. Kerabat dan tamu yang datang sering merequest kopi terhidang, untuk menemani ngobrol dengan Ayah saya.
Sudah menjadi kebiasaan juga, ibu saya memilih menghidangkan Kopi Kapal Api Special. Kepekatan dan rasa kopi aslinya, disukai siapa saja, termasuk Ayah saya. Menurut Ayah yang terkenal "picky" dalam meminum kopi, Kopi Kapal Api Special jelas lebih enak karena rasanya begitu mantap dan original. Berimbang dengan bubuk kopi hasil olahan sendiri. Setiap tamu yang hadirpun, tak pernah menolak disuguhkan Kopi Kapal Api Special.
Puitisnya kemasan Kopi Kapal Api Spesial. Di sisi bungkusan belakang, ada puisi singkat tentang kopi! |
Saya, sewaktu kecil sebenarnya mengikuti ibu, tidak terlalu menyanjung kopi sedemikian rupa. Saya mulai menyukai 'ritual' minum kopi dari kawan-kawan satu kos ketika berkuliah di Semarang. Sesuai kantong mahasiswa, duduk di gerai kopi ternama hanya sesekali saja. Selebihnya, kami minum kopi sachet yang diseduh sendiri.
Kopi Kapal Api merupakan salah satu merek kopi pertama yang hadir dalam bentuk sachet. Pilihannya beragam, mulai dari Kapal Api Special Mix, Kapal Api Mantap (kopi dan gula), Kapal Api Rasa Mocha, Kapal Api Grande, Kapal Api White Coffee hingga yang terbaru ada Kopi Kapal Api Less Sugar. Cocok buat yang sedang diet, dan memerhatikan asupan kalori.
Curious Ziqri |
Saat ini, bila sedang kangen rumah, saya tinggal menyeduh segelas Kopi Kapal Api Special. Aromanya menggugah selera, setiap tegukan menyiram rasa tenang, menyalurkan kerinduan akan kebersamaan dengan orang tua saya.
Selain dibuat dengan takaran dan jenis gula sesuai selera, Kopi Kapal Api Special mudah dipadukan dengan tambahan apa saja. Misalnya ditambah dengan susu maupun krimer andalan. Favorit saya, 1/2 mug ukuran sedang kopi, dituangi sekotak susu UHT ukuran 125 ml yang biasa diminum Ziqri. Rasanya Maknyuss!
Ziqri jadi ikutan penasaran. Kadang, ia saya perbolehkan ikut minum seteguk dua teguk. Sembari mengenalkan tradisi ngopi #secangkirsemangat
Nah, ini #KapalApiPunyaCerita versi saya. Ceritakan kisahmu juga yuk, baca ketentuannya di sini
11 komentar
Kapal api memang toplah. Rasanya mantap dan original.